Rabu, 20 April 2011

MANFAAT COKLAT UNTUK TUBUH KITA

Coklat adalah makanan yang sering kita temui sehari-hari, rasanya yang khas dan manis dimulut membuat Anda selalu ingin menikmati coklat. Begitu istimewanya coklat sampai-sampai coklat ini dijadikan sebagai hadiahy istimewa di acara-acara tertentu. Tidak hanya rasanya tapi juga bentukya yang unik semakin menggugah selera untuk disantap.
Apakah Anda tahu bahwa coklat selain enak untuk di makan coklat juga memiliki banyak manfaat untuk kita. Berikut 6 manfaat memakan coklat untuk tubuh kita adalah sebagai berikut :
1. Coklat ternyata berkhasiat membuat umur seseorang menjadi lebih panjang.
Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan permen atau coklat pada mahasiswa Universitas Harvard.
2. Coklat memberikan efek rileks sehingga membantu meringankan stress.
3. Coklat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner dan kanker.
4. Coklat mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi
5. Mampu melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet (UV)
6. Coklat bisa menghaluskan kulit
Coklat memang tidak hanya nikmat dikonsumsi dan memiliki banyak manfaat, tapi tetap saja kita harus berhati-hati, mengkosumsi coklat berlebihan akan membuat Anda gemuk, karena bagaimanapun juga coklat memiliki kandungan lemak yang bila di konsumsi terus menerus bisa membuat berat badan Anda naik.

FISIK VS OTAK (˘__˘”)

Keindahan fisik VS keindahan otak ?? Gimana jadinya . . .

Apakah kita pernah menyadari, kadang kita kaum hawa ini, lebih bingung memikirkan berat badan kita yang naik di banding dengan nilai ujian-ujian kita yang turun. Nah lho, bener kan?

Ya itu, lagi-lagi karena keindahan fisik yang selalu di unggul-unggulkan oleh wanita modern saat ini, mereka saling berlomba-lomba untuk mempercantik diri. Kenapa tidak berlomba-lomba untuk mempercantik otak ? Ya pasti karena fisiklah yang langsunag dapat di nikmati oleh mata, fisiklah yang langsung terlihat, karena fisik berada di luar. Berbeda dengan otak yang tersimpan dengan aman di balik kepala kita. Tidak dapat di nikmati langsung.

Apakah kalian lebih bangga di katakana sexy di banding smart ? Apakah kalian lebih bangga di katakan sebagai wanita cantik, bohai di banding dikatakan wanita yang pandai, intelligent ? Dan haruskah fisik lebih di pentingkan daripada otak ? Apa gunanya punya wajah cantik, bodi sexy, kulit mulus tapi otak kita NOL, nggak ada isinya sama sekali, tapi nggak juga deng masih berisi kok tapi hanya berisi “Bagaimana cara kita supaya tampil lebih cantik yaa?” Kalau pengin sexy, kenapa nggak otak kita yang di bikin jadi sexy.

Keindahan fisik hanya bersifat sesaat, semakin bertambahnya usia kita, apakah fisik tetap masih memperlihatkan keindahannya, kurasa tidak. Kulit kita akan menjadi keriput, rambut kita akan menjadi semakin putih dan kemolekan kita akan kalah bersaing dengan wanita-wanita yang masih muda, masih seger di mata. Tapi kalau otak, kita gunakan terus menerus kita asah dengan seiring bertambahnya usia kita, otak akan tetap memperlihatkan keindahannya. Kerana ilmu yang kita dapat tidak akan pernah habis. Dan telah terbukti, kalau kita semakin bertambah usia, biasakan kita tetap memperkejakan otak kita semaksimal mungkin, kerena kalau saja kita memanjakan otak kita untuk tidak digunakan, kualitas otak kita akan semakin menurun.

Emang sih fisik juga menunjang untuk menarik orang, keindahan fisik juga perlu, tapi kalau sampai menomor duakan otak, ya sama saja bohong. Karena aslinya keindahan otak itu sangat penting.

Kalau menurutku pribadi, keindahan fisik dan keindahan otak harus berjalan seimbang. Nggak ada yang di unggulkan dan nggak ada yang di nomor duakan. Karena kita perempuan, kita wanita, yang di ciptakan oleh Tuhan YME mempunyai kelebihan tersendiri dibanding dengan pria, yaitu kita mempunyai keindahan fisik yang harus kita syukuri.

Dan sebagai wanita sangat penting harus mempunyai keindahan otak. Kerana kelak, kita akan mempunyai keluarga, kita akan mempunyai anak. Dan anak-anak kita memerlukan ibu yang cerdas, yang dapat mengajari mereka menjadi manusia yang cerdas pula, suami kita juga membutuhkan istri yang cerdas. Apa jadinya rumah tangga kita, kalau kita sebagai istri yang hanya memikirkan keindahan fisik semata.

Hhanna °\(˘▼˘)/°

Selasa, 19 April 2011

KISAH TAK BERTUAN

Kau yang menghilang atau yang memang sengaja dia buang yang kini kembali datang di pelupuk matanya. Kau pungut dia kembali, kau berikan sisa-sisa kepercayaan terhadapnya meskipun dia pernah memberimu rasa sakit. Rasa sakit yang takkan pernah dibayangkan apabila dia yang merasakannya.

Dia masih terus bertanya, tak tau atas dasar apa kau merimanya kembali. Padahal, kau pernah di duakan masa lalunya dengan pilihan hati lain. Karena keegoisannya yang menguasai. Tidak menggunakan logika ataupun perasaan untuk mendasari semua. Hanyalah sebuah keegoisan seorang gadis remaja 17 tahun.

Mungkin masa lalunya banyak dosa. TIDAK hanya kata mungkin lagi untuk menggambarkannya, tetapi MEMANG!!! Ya, memang masa lalunya banyak dosa terhadapmu. Baginya kata maaf dan ampun itu tak cukup mewakilkan semuanya. SEHARUSNYA kamu MARAH karena itu memang yang harus kamu lakukan. MARAHLAH !!! MARAH !! tunjukan KEMARAHANMU !!

Tapi karena ketulusanmu atau karena alasan lain, dia mulai tersadar akan berharganya kehadiranmu dalam hidupnya. Satu kata TERIMA KASIH yang terlontar dari bibir yang pernah membawa kedustaan itu tidak akan dapat mewakili semua. Bahkan beribu-ribu ucapan terima kasih sekaligus, baginya itu takkan cukup.

Dan sekarang dia meragukanmu. Meragukan apakah kamu masih sama dengan dirimu setahun silam di saat dia mentelantarkanmu tanpa satu kata penjelas yang terucap. Dia ragu, apakah rasa pedulimu sekarang terhadapnya memang benar-benar tulus atau hanya sebagai pemanis dimuka yang kemudian akan berubah menjadi sebuah dendam !!! JANGAN !!! Jangan lakukan itu, jangan tanamkan rasa dendam dalam dirimu. Karena dia sudah cukup menderita atas kesalahannnya. JANGAN tambahkan lagi penderitaan didirinya.

Baginya, dirimu sudah cukup menghukum semua dosanya. Dosa yang sengaja dia timbulkan hanya teratas namamu yang tertoreh di sana. Dosa yang tidak pernah terpikirkan olehnya betapa menderita dirimu. Dosa yang timbul dari keegoisan semata. Dosa yang takkan terbayang bagaimana akibatnya kelak, yang mungkin menimbulkan penyesalan dalam dirinya.

Semua itu dapat sedikit demi sedikit memudar karenamu. Tapi dia MALU !! MALU untuk mengakui semua kesalahannya pada dirimu. MALU untuk berkata langsung saat ke dua mata itu bertatap dengan ke dua matamu, saat bibir itu berucap dan di saksikan ke dua telingamu.

Kini dia ingin menebus semuanya. Kesalahan. Keegoisan. Penyesalan. Dan dia tak ingin kehilangan dirimu lagi. JANGAN jauh-jauh dari pelupuk matanya. JANGAN lakukan itu. Karena justru kehadiran dirimulah dapat menyembuhkan semua rasa bersalahnya.





Hhanna ^___^

3 Sept 2010 :D

Minggu, 17 April 2011

KAU

Masa lalu yang kembali hadir di masa sekarang ???

Bagai teka-teki yang tak akan terpecahkan oleh satu jawaban logis atas apa yang pernah ku buat pada masa lalu. Suatu kesalahan terbodoh yang pernah kubuat. Mungkin kalau di cari jawaban dengan menarik kesimpulan setelah ku rentetkan seluruh kejadian, semua yang ku alami sekarang bagai sebuah kesempatan. Kesempatan yang tak semua bisa merasakannya. Dan ini awal mula permasalahan di mulai.

Ku jalin hubungan dengannya, “Dewa. .” biasa kupanggil. Hubungan kami berjalan mulus bak jalan tol. Tak ada jalan berlobang maupun kerikil yang menghiasi. Dia juga sangat sayang padaku. Tapi bukan berarti itu menjamin semuanya menjadi awet atau lebih familiar disebut langgeng. Entah kenapa diriku mulai dilanda penyakit jenuh, jenuh dengan rasa cemburunya, semua tuntutannya. Ku ingin menjalani suatu hubungan yang berbeda. Mulai terbesit di benakku untuk ngelaba. Menduakan cintanya. Apalagi setelah masuk makhluk yang sejenis dengan Dewa dalam segi “vocal” itu dalam kehidupanku.

“Ben. .” kata pertama yang terucap ketika kami berkenalan.

Kami ditemukan oleh sahabat lamaku. Bertemu Ben bagaikan obat kejenuhanku. Apalagi saat itu aku juga dalam selisih faham dengan Dewa. Waktu bersama Ben duniaku bagai tanpa beban, masalah dan semua tentang Dewa, aku hide dengan sempurna. Di sisi lain, di ruang kosong dalam pikiranku, aku mulai sibuk mencari berjuta-juta alasan yang tepat dan pas yang nantinya akan kujelaskan pada Dewa. Dan masih terlintas untuk mendua.

“Semua keputusan ada di tanganmu. Pilih mana yang bisa membuatmu bahagia” Kata seorang teman padaku ketika aku sedikit banyak bercerita tentang masalah yang melandaku.

Semua ku kira dapat berjalan dengan lancar awalnya. Di sisi lain ku jalani hubungan tak berstatus bersama Ben, dan di sisi lainnya pula ku jalankan sandiwaraku dengan sempurna bersama Dewa agar hubunganku selama ini yang ku rajut bersamanya tak terbengkalai begitu saja. Tetap ku jaga hatinya dengan menutupi semua perubahanku dari Dewa. Dan tampaknya pula Dewa tidak merasakan adanya perubahan, atau mungkin memang perasaanku saja. Tapi itu semua tak sejalan dengan rencanaku, sampai akhirnya. . .

“Olla. .?” nama yang tercantum dalam akta kelahiranku, sekali lagi “La. .?” Ben memanggil sambil menyenggol lenganku.

“Eh. . .” lamunanku membuyar seketika, “Apa Ben ?” ku sunggingkan senyum kecilku.

“La. . maukah kau jadikanku kekasih hatimu ?” tanya Ben sungguh-sungguh sambil menggenggam kedua telapak tanganku.

Aku terdiam, tak dapat satu pun kata yang terucap dari bibirku. Kaget. Tak percaya. Bingung. Begitu yang dapat ku rasakan saat itu juga. Dan aku masih terdiam membisu.

“La . . .gimana jawabannya ?” harap Ben cemas “Mau atau tidak. .?” masih menggigit bibir bawahnya.

“Tapi. . . . .”ku gantungkan ucapanku, opss, , seketika terlintas bayangan seorang Dewa di benakku.

“Tapi apa?” tanya Ben penasaran.

“Nggak apa-apa kok. Beri aku sedikit waktu ya Ben untuk menjawab pertanyaanmu itu.” Ku sembunyikan semua rasa gelisahku.

Apa yang harus ku pilih diantara dua pilihan yang sulit. Bersama Ben aku bisa tertawa lepas dan aku merasa nyaman. Tapi Dewa ? aku sayang dia. Dia sudah banyak mengajariku arti kedewasaan meskipun aku setengah hati menerimanya. Oh GOD, apa yang harus ku pilih ?? Aku nggak mau kehilangan dua-duanya.

“Wa, please putuskan aku !!” entah setan apa yang merasuki diriku sampai-sampainya kalimat itu terucap lewat bibirku ini.

“Kenapa ?”

“Putuskan aku ! !” air yang di pelupuk mataku akhirnya jebol juga dari pertahanan. Berat rasanya mengeluarkan kata itu. Hati ini bagai menentang.

“Baiklah, kalau itu maumu.” Menghela nafas seakan tak rela.

Ku tinggalkan Dewa. Masa lalu yang terbuang tanpa harus ada alasan yang ku tuturkan. Maafkan aku Dewa. Mungkin ini semua nggak adil bagimu. Tapi aku nggak punya pilihan lain waktu itu. Sempat terlintas dipiranku “Apa sih yang aku pikirin tentang cinta, umurku toh juga baru 17 tahun, aku masih pengin seneng-seneng.”

“Ya. .aku mau terima kamu.” Menjawab pertanyaan Ben yang sempat ku gantung.

Ku serahkan semua pada Ben. Rasa sayangku. Perhatianku. Waktuku. Dan ku nikmati status baruku, menjadi ceweknya Ben seorang. Tak ada yang lain. Sedikit demi sedikit namun pasti memori tentang Dewa ku delete hampir sempurna. Tapi ada sedikit rasa mengganjal di hati, namun tak ku hiraukan.

Aku bagai mendapat keluarga baru saat ku bersama Ben, yang tak pernah ku dapatkan bersama Dewa. Papa, Mama, bahkan Kakak dan Adik sekaligus. Semakin mantaplah ku jalani hubungan ini. Tapi banyak juga air mata yang harus ku keluarkan untuk seorang Ben. Atau jangan-jangan aku mulai terobsesi dengan sosok Ben.

Diselang menjalani hubunganku bersama Ben, aku juga masih menjaga komunikasiku dengan Dewa. Meskipun aku nggak tau apa yang dirasakan Dewa pada saat itu. Marah? Sebel? atau Benci pada diriku?hmmm. . . entah apa, aku nggak tau, atau mungkin diriku memang nggak mau tau soal itu.

Disaat aku ada masalah dengan Ben, pada Dewalah tempatku untuk mencurahkan seluruh isi hatiku. Semua uneg-unegku. Dan rasa bersalahku pun timbul, saat ku tatap mata Dewa. Dia begitu setia mendengar setiap kata yang keluar dari mulutku. Tapi mau dikata apa lagi. Semua sudah berlalu dengan kemenangan dari keegoisan seorang Olla. Ya . .hanya keegoisan seorang Olla.

“La. .perlu kamu tau, sampai kapanpun aku akan tetap sayang kamu.” Kata Dewa sambil lalu.

Please Wa, jangan bilang gitu lagi, kataku dalam hati dan ku yakin Dewa tak dapat mendengarnya. Hanya dapat kutunjukan pada Dewa sebuah simpulan senyuman kecil.

Masalahku bersama Ben, semakin hari semakin memburuk. Meskipun sudah ku coba untuk mempertahankannya. Aku nggak mau gagal lagi. Tapi toh, akhirnya Ben melepaskanku juga. Tak ada gunanya semua usahaku selama ini. Sia-sia. Ben melepaskanku dengan cara yang sama persis saat aku melepaskan Dewa. Tanpa ada sebuah kejelasaan yang terucap.

Apa ini yang dinamakan hukum karma? Apakah ini hukuman bagi orang yang memainkan perasaan sesorang. Aku nggak tau. Aku NGGAK TAUUU. . . ! ! !

Dan satu-satu orang yang dapat menenangkan aku saat itu, hanya Dewa. Dewalah yang selalu ada di saat aku butuh. Dewalah yang selalu mendengarkan semua keluh kesahku. Apakah ini pantas aku terima dari seorang Dewa, setelah semua yang kulakukan nggak adil baginya. Sampai terucap pertanyaan dari mulut Dewa, yang membuatku sadar betapa bodoh dan egoisnya diriku saat itu.

“La, maukah kau kembali disisiku ?”

Aku hanya mengangguk. Nggak ada satu kata pun yang dapat keluar dari mulutku. Hanya terlintas di pikiran Apakah aku pantas mendapatkan kesempatan ini ?

Dan sekarang dia nyata, nyata yang tampak terlihat jelas di mataku. Terpegang, terasa, terlihat. Bukan sebuah mimpi atau angan-angan semata. Kehadirannya bukan lagi sebagai kabut, yang dapat dihirup namun tak bisa di genggam. Aku akan menebus semua kesalahanku selama ini. Mungkin hanya itu yang dapat ku berikan pada DEWA. Semua rasa cintaku.









Hhanna , 22 Agustus 2010 ^___^

SEPENGGAL KENANGAN

Guntur di luar, suaranya mengiris hati. Angin dan air seperti beradu. Dingin. Padahal aku sudah mengenakan sweater pemberian Yudhis ketika ulang tahunku yang ke 17 dua tahun kemarin. Yudhis?? Saat aku mengingat namanya, tiba- tiba air bening dan hangat jatuh ke pipiku. Dasar cengeng!!! Kenapa aku harus menangis lagi ???



Air yang menyeruak dari mata terus saja mengalir ke pipiku yang mulai memanas, ketika aku mulai membuka dan melihat kembali semua kenangan yang menjadi saksi perjalanan dan kebersamaanku dengan Yudhis. Hari demi hari,ketika Yudhis mengucapkan cintanya padaku dan ketika aku habiskan hari-hariku bersama Yudhis di akhir hidupnya.

* * *

Siang yang sangat menyengat kulit, membuatku malas-malasan untuk pulang ke rumah. Aku merasa lebih nyaman duduk di bawah pohon rindang yang tumbuh tepat di depan sekolahku, sambil menunggu angkutan yang sering mengantarkanku sampai rumah. Tiba-tiba. . .

“Hayoo. . .ngelamunin apa sih, kok kayanya serius amat, ikutan dong.“ Icha, sahabatku, dengan sangat sukses membuyarkan semua lamunanku.

“Eh. . .siapa juga yang ngelamun. Kamu ini datang nggak bilang-bilang sih, bikin kaget saja.”

“Kalau enggak ngelamun, terus namanya apa coba? Kamu juga pake acara kaget segala gitu” goda Icha “Ah, sudah lupakan, masih ada hal yang lebih penting lagi”

“Emang ada apa lagi toh Icha, temenku sayaang?”

“Temenin aku yuk, aku mau ketemuan sama cowok nih, mau ya Key, pliiisss” dengan tampang memohon khas Icha yang nggak bisa ku jawab tidak.

Inilah awal aku bertemu dengan sosok Yudhis.

“Hai, udah lama nunggu ya?” kata cowok berkulit coklat dengan tampang yang manis, ,hmmmm menurut pandanganku.

“Eh,, Yudhis sini, duduk sini. Nggak lama kok. Yudhis kenalin ini Key, Key ini Yudhis.” kata Icha sambil mengkerdipkan sebelah matanya ke arahku.

“Hai. . .” sapaku malu-malu.

Ternyata pertemuanku dengan Yudhis adalah akal-akalan si Icha saja. Dengan sengaja memperkenalkanku dengan sosok Yudhis. Oh My GOD, , Ichaaaaa !!!!

* * *

Sejak pertemuan saat itu, aku dan Yudhis semakin dekat, dekat dan sangat dekat. Yudhis yang tidak pernah absen mengantarkanku pulang sekolah, meskipun aku butuh waktu beberapa menit untuk menunggu Yudhis. Ya. . .itu dikarenakan jarak antara sekolahku dan sekolahnya cukup jauh.

Ternyata sosok Yudhis jauh lebih mengasyikkan dibandingkan dengan penampilannya dari luar. Dia bagaikan pangeran berkuda putihku.

Dan kami pun telah meresmikan hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Yudhis menyatakan cintanya tidak menggunakan sebuket bunga mawar merah atau dengan sekotak coklat bahkan yang serba pink. Dia hanya menggunakan seribu lilin, ya hanya seribu lilin seperti impianku selama ini, dan itupun cukup membuat pipiku memerah.

Yudhis sangat menyayangiku dan begitu juga aku yang sangat menyayangi dirinya. Rasa sayang Yudhis dapat kulihat pada saat dia berantem dengan anak kuliahan yang sangat kurang sopan terhadapku.

“ Oh. . .kamu rupanya !!!! Tau nggak yang selama ini SMS-an dengan kamu itu aku. Aku cowoknya Key, ,kamu itu jadi cowok kurang ajar banget,,NGERTI ENGGAK ?? “ suara Yudhis bergetar hebat karena menahan amarah.

Dan bruuuukkkk. . . .

Sebuah helm berhasil mendarat dengan mulus di kepala anak kuliahan itu, tanpa ada sedikitpun perlawanan darinya. Dan darah segar mengalir tepat dikepalanya.

Untuk pertama kalinya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Yudhis benar-benar kalap dengan wajah yang penuh amarah.

“Uddaaaahhh. . .”kataku setengah berteriak dan menangis. Aku ngeri melihat kejadian itu dan sangat cepat sudah banyak warga yang datang untuk melerai mereka.

Akibat kejadian itu, Yudhis sempat diamankan di kantor polisi. Tapi akhirnya dia di bebaskan.

Dan ada kejadian lagi yang dapat aku simpulkan bahwa Yudhis benar-benar sayang aku.

Hari itu tepat umurku bertambah satu tahun dan tepat juga umurku menjadi 17 tahun, umur yang banyak di tunggu-tunggu oleh kaum hawa. Berbagai ucapan dari orang-orang yang ku sayangi datang menghujaniku. Tapi satu ucapan yang aku tunggu-tunggu tak kunjung datang, ya ucapan dari Yudhis.

“ihh. .nyebelin banget sih. Apa dia lupa bahwa hari ini ulang tahunku?”

“Sabar sayang, mungkin dia lagi sibuk. Jadi belum sempat ngucapin.” Mama berusaha menenangkan diriku.

Tapi sampai malam tiba kata yang aku tunggu-tunggu itu pun tak kunjung datang. Bahkan kabar dari dia juga nggak ada. Aku pun mencoba untuk menghubungi dia dan hasilnya NOL BESSAAAARRR!!!!

“Cukup sudah kesabaranku kali ini.” gerutuku di kamar dengan mata yang terus tertuju pada handphone kesayanganku.

Dan tiba-tiba. . .

Tok..tok..tok..

Pintu kamarku serasa di ketuk. . .

“Siapa ?” teriakku

“Ini Mama sayang, boleh masuk?” tanya mama halus

“Masuk aja Ma, nggak di kunci kok”

Seketika Mama masuk, duduk disebelahku dan mengusap halus rambutku.

“Ih anak Mama yang cantik kok jadi jelek gini sih?” goda Mama

“Ah Mama, aku lagi sebel nih Ma.”

“Udah, sebelnya di tunda dulu sekarang siap-siap gih, dandan yang cantik ya sayang.”

“Lho Ma ??” tanyaku bingung

“Udah, nurut aja apa kata Mama. Mama tunggu di bawah, nggak pakai lama ya sayang?” Mama mengkerdipkan sebelah matanya.

Mama sudah menghilag dibalik pintu kamarku. Dan aku pun berdiri dengan malas-malasan menuruti semua perintah Mama. Tak perlu waktu lama, aku pun sudah siap dan rapi, meskipun dihatiku paling dalam masih ada rasa penasaran. Aku pun berjalan menuruni anak tangga satu persatu, dan tepat pada anak tangga terakhir,aku melihat seluruh keluargaku berkumpul dan membuatku kaget.

“Udah siap?” tanya Mama

“Siap Ma, tapi. . .??”

“Udah Kak, ayo berangkat” sergah adik sepupuku sambil menggeret jemariku.

Di tengah pejalanan, pikiranku tak henti-hentinya menebak akan kearah mana mobil ini akan berhenti. Tak butuh waktu lama, mobil pun berhenti tepat di resto yang. . . ehhmmm terukur terlalu romantis buat acara keluarga.

Dan suasana romantis itu pun telah dihadirkan sebelum pintu masuk resto, dengan hiasan obor di tiap sudutnya, tak ada satupun lampu yang digunakan untuk menerangi resto tersebut. Terdengar pula alunan musik dengan di iringi petikan gitar akustik yang terdengar sangat lembut di telinga, tetapi tidak cuma petikan gitar yang terdengar aku juga mendengar suara meskipun lamat-lamat, lambat laun suara itu semakin terdengar sangat jelas, jelas dan jelas, tapi tunggu sebentar. . .aku mengenali suara lembut dan khas tersebut. Itu suara Yudhis,, ya benar suara Yudhis, dan aku yakin itu, untuk lebih meyakinkan lagi aku mengikuti suara itu berasal.

Dan WOW. . .

Mataku seketika langsung berbinar-binar, tertanya dugaanku benar, itu suara Yudhis, yang sedang menyanyikan lagu kesukaanku, terdengar lebih bagus dan romantis dengan diiringi gitar akustiknya. Dan tak jauh dari situ, ada semua sahabat-sahabatku yang tersenyum jail kepadaku dengan sebuah kue kecil dan lilin berangka 17 di atasnya.

Aku masih berdiri terpaku melihat Yudhis bernyanyi. Uhh. . .romantis banget dan ini semua merupakan kado terindah yang pernah ku dapatkan. Benar-benar indah, dengan semua orang yang aku sayangi berkumpul, dan aku bagaikan cewek yang paling beruntung di dunia ini.

Di depan seluruh keluarga dan sahabat-sahabatku, Yudhis memberanikan diri untuk memberiku sebuah cincin sederhana dan sekotak bingkisan yang berisi sebuah sweater yang sangat lucu. Dan ditambah Yudhis mencium keningku. Itu semua adalah kado yang tak pernah tergantikan oleh apapun. Aku semakin sayang Yudhis.

“Aku sayang kamu, Key. Jangan pernah tinggalin aku ya?” bisik Yudhis lembut di telingaku.

Aku hanya sanggup mengangguk dan meneteskan air bening hangat ke pipiku yang memerah.

* * *

Dan pipiku semakin terasa panas dan air mata yang tak dapat dibendung lagi di pelupuk mata, ketika teringat masa-masa itu, ditambah lagi dengan foto-foto yang ada di genggamanku sekarang. Andai aku sedang bermimpi, aku berharap bertemu kamu, Yudhis, dan aku tak mau membuka mataku untuk mengakhiri semua mimpi indahku bersama kamu. Aku ingin bersamamu.

“Aku kangen kamu, sangat kangeeen kamu, Yudhis.” isakku sambil menatap foto Yudhis. “Aku ingin kamu kembali, aku ingin kamu disini, disisiku dan menemaniku. Aku kangen kamu.” kataku setengah teriak menahan rasa sakit di dada.

Di luar hujan pun masih setia menemaniku, dan itu membuat perasaanku tak karuan. Rasa penyesalan. Rasa bersalah. Rasa kangen. Rasa sakit, bercampur menjadi satu. Tangisku semakin menjadi. Dan aku tahu apapun yang ku lakukan itu tidak dapat membuat Yudhis kembali. Sia-sia.

* * *

Pagi yang cerah ditandai dengan kicauan burung yang saling bersautan, dan sinar matahari dengan nakal memasuki kamarku melewati celah-celah jendela kamarku. Ku buka mata dengan sangat malasnya dan ku rasakan badanku sangat lelah. Aku baru sadar kalau tadi malam aku dapat memejamkan mata hampir lewat tangah malam.

“Pagi bidadari Mama yang suka tidur.” menghampiriku dan mencium keningku.

“Pagi juga Ma.”

“Kamu ingat hari ini tanggal berapa Key?” kata Mama sambil sibuk membuka korden jendela kamarku.

“Emmmmm. . .”

“Emmmm?” Mama mengerutkan kening.

Aku tersentak, tanggal ini tepat satu tahun Yudhis meninggalkan diriku untuk waktu yang sangat lama sekali bahkan untuk selama-lamannya, meskipun kadang aku menyangkal hal itu.

“Ingat Ma.” kataku lemas

Aku terdiam dan kembali teringat kejadian satu tahun yang lalu, beberapa hari sebelum. . . .ya sungguh diriku ingin melupakan kejadian itu karena hanya akan menimbulkan luka lama yang sulit untuk di sembuhkan dan rasa sesalku yang teramat dalam.

Tepatnya . . .

Pagi ini agak mendung, dan aku merasa sangat bosan sendirian di rumah, ya seperti hari-hari sebelumnya. Aku ingin keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan dan satu-satunya jalan terahkir buat mengabulkan semua keinginanku adalah Yudhis. Dan akhirnya HPku sudah tersambung dengan telepon rumah Yudhis.

“Halo. .selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” kata seorang perempuan tengah baya di seberang sana.

“Pagi, ini bibi Ijah ya? Ini Key, Bi. Yudhisnya ada?”

“Owalah non Key. . Mas Yudhisnya ada tuh non, Bibi panggilin sebentar ya non.”

“Makasih, Bi.”

Tak lama kemudian. . .

“Halo, Key. Ada apa Honeyku?” tanya Yudhis dangan nada bicara yang sangat familier di telingaku.

“Jalan-jalan yuk, Beib. Bosen nih dirumah.” pintaku

“Sekarang? Oke deh, tunggu 30 menit ya?”

“Ehmmm, Siiip !! Makasih ya sayang.”

Dan tut. .tut. .tut. . Sambungan telepon akhirnya terputus.

Inilah yang membuat aku tambah sayang Yudhis, dia selalu ada buatku. Di saat aku sangat membutuhkannya.

Ternyata, kali ini dia on time, bahkan tak sampai 30 menit, dia sudah berada di depan rumah. Sesegara mungkin aku berlari keluar untuk menyambutnya. Aku tersenyum kepadanya, dia membalas dengan senyuman kecil dan memunculkan lesung pipi di kedua pipinya.

“Tumben datang lebih awal?” tanyaku heran, nggak seperti biasanya Yudhis on time, bahkan lebih awal.

“Pengen aja, ayo cepat naik.”

“Eiittss. .eehhmm, tumben juga dandan lebih rapi dan serba putih gini?” sambil mengkerlingkan mataku.

“Iihh. .cerewet banget sih cewekku satu ini, mau naik atau tetap mau komentar nih?”

“Yeee. .kan cuma tanya, tumben-tumben aja kamu gini.”

Aku pun segera naik duduk di belakang Yudhis dan memeluk pinggangnya.

“Mau kemana nih Nona bawel?” goda Yudhis.

“Terserah deh, kemana aja. Yang penting sama kamu.”

“Kalau gitu ke kebun teh aja ya sayang, udah lama aku nggak kesana.” Dan aku hanya membalas dengan satu anggukan.

Di perjalanan, kami hanya diam dengan pikiran masing-masing, tapi tak lama Yudhis pun memulai percakapan dengan nada serius memecahkan keheningan diantara kami.

“Key, aku sayang kamu. Sayang banget. Bila aku nggak ada, kamu janji ya, jaga diri baik-baik.”

“Kamu ngomong apa sih, aku juga sayang kamu kok.”

“Makasih ya, Key.”

Dan aku memeluk pinggang Yudhis lebih erat lagi dan tangan Yudhis membalasnya dengan mengelus lembut tanganku. Lalu tiba-tiba ada seseorang melintas depan kami. Lalu. . .

DUUUAAAARRR. . . .!!! Di iringi bunyi dencitan yang sangat mempekakkan telinga, dan terdengar pula suara hantaman antara logam yang baradu dengan tulang dan daging yang menghantam kerasnya jalanan aspal.

Aku merasakan tubuhku melayang dan tiba-tiba hanya gelap. Gelap tak ada setitikpun cahaya yang terlihat. Aku nggak tahu tempat apa itu.

Ku buka kedua kelopak mataku, dan aku melihat Mama tertidur di sofa. Tapi aku yakin, ini bukan ruang tidurku. Aku merasakan kepalaku pusing dan semua tubuhku sakit. Lalu ku coba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi, tapi semuanya nihil. Yang aku ingat hanya bayangan hitam. Semakin aku berusaha mengingat, semakin pusing yang ku rasakan.

“Kamu sudah sadar sayang?” kata Mama. Dengan cepat Mama menghampiri ranjangku.

“Ma, aku haus.” kataku lirih. Ku lihat Mama meneteskan air mata.

“Kamu belum boleh minum sayang.” sambil membelai rambutku. “Bentar ya sayang Mama panggil dokter dulu.”

Tak lama dokterpun datang dan memeriksa keadaanku. Setelah itu Mama tampak serius berbincang-bincang dengan dokter. Dan seketika aku teringat sosok Yudhis. Yaa, , Yudhis. Dia sekarang dimana?? Aku kembali teringat kejadian terakhir bersama Yudhis.

“Maaaa. . .Mamaaaa. .Yudhis dimana Maaa?Yudhis dimanaaa?” aku berteriak dengan sisa tenagaku. Aku merasakan tubuhku menjadi lemas-mungkin pengaruh dari suntikan tadi-. Aku mencoba untuk bangun, tapi sesegera Mama menahanku.

“Tenang sayang. .” menenangkan diriku. Mama menangis. . .

“Tapi mana Yudhis Ma? Maaa. .naaa. .?” suaraku mulai menghilang perlahan dengan di iringi menutupnya mataku kerena merasakan tubuhku melemas.

* * *

Ku letakkan beberapa tangkai mawar putih di atas batu nisan Yudhis. Aku duduk di sisi nisan Yudhis. Ku tertunduk dan tak mengeluarkan suara. Tapi hanya saja air mata ini terus keluar dan tak dapat di tahan.

“Aku sayang kamu Yudhis. Aku sayang kamu.” ucapku lirih.

“Udah?” tanya Apby hati-hati.

Aku mendongakkan kepala dan melihat sosok pria yang duduk di sampingku.

“Yuk, pulang.” ajakku dengan kedua mata masih berkabut.

Aku bangkit berdiri. Apby dengan lembut mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku yakin Yudhis pasti tenang di alam sana, melihat sudah ada yang menggantikan posisinya untuk menjagaku.

Ku tinggalkan nisan itu yang penuh kenangan di dalamnya.

Terima kasih Yudhis. Terima kasih cinta. . . .