Rabu, 25 April 2012

Wallsticker for "sale" :D in SOLO

Sekarang ini lagi muncul tren baru nih, "WALL STICKER" penghias kamar anak atau kamar anda sendiri pun bisa. Tak hanya di tembok sih, bisa juga di tempelkan pada kaca, kulkas, keramik. Cara pemasangannya pun mudah, tinggal di tempelkan saja. Tidak merusak tembok jika stickernya di lepas. Dan pilihan stickernya yang beraneka ragam pula. Ayo-ayo mari di order, mumpung lagi ada promo nih. Kalau mau pesen klik aja disini.
Bisa pesen satuan atau borongan :D

Mari di lihat contoh gambarnya : CEKIDOT :D
















Ku tunggu orderan kali kalian :D
-SALAM LAPAK (っ ̄³ ̄)っ ~♡

Minggu, 15 April 2012

Kisah Inspiratif



Kakek Penjual Amplop di ITB

Kisah Kakek Penjual Amplop di ITB. Kisah nyata ini ditulis oleh seorang dosen ITB bernama Rinaldi Munir mengenai seorang kakek yang tidak gentar berjuang untuk hidup dengan mencari nafkah dari hasil berjualan amplop di Masjid Salman ITB. Jaman sekarang amplop bukanlah sesuatu yang sangat dibutuhkan, tidak jarang kakek ini tidak laku jualannya dan pulang dengan tangan hampa. Mari kita simak kisah Kakek Penjual Amplop di ITB.

Kakek Penjual Amplop di ITB
Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang Kakek tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun Kakek itu tetap menjual amplop. Mungkin Kakek itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran Kakek tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran Kakek tua itu.

Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat Kakek tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu Kakek itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri Kakek tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkus plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi Kakek tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.

Kakek itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Kakek itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Kakek cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si Kakek tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, Kakek tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat Kakek tua itu untuk membeli makan siang. Si Kakek tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “Kakek-Kakek tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.

Si Kakek tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya Kakek tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si Kakek tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si Kakek tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si Kakek tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si Kakek tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

Mari kita bersyukur telah diberikan kemampuan dan nikmat yang lebih daripada kakek ini. Tentu saja syukur ini akan jadi sekedar basa-basi bila tanpa tindakan nyata. Mari kita bersedekah lebih banyak kepada orang-orang yang diberikan kemampuan ekonomi lemah. Allah akan membalas setiap sedekah kita, amiin.


*Sumber from Esa Pratama's FB

Rabu, 11 April 2012

TOMCAT si satriya baja merah :D

Sempet ketawa waktu melihat berita yang sedang menayangkan tentang wabah virus tomcat di daerah Jatim. Orang-orang yang terserang wabah hewan satu ini pada heboh semua. Hahahaha, meskipun banyak orang yang sangat khawatir terhadap hewan satu ini, bagi saya itu hal yang biasa, hal yang sering terjadi ya meskipun penyakitnya agak mengerikan sih.

            Sebelumnya saya sangat asing dengan nama hewan satu ini, karena yang saya tahu TOMCAT itu berarti Tom si kucing, pasti pada tahu kalau yang suka film kartun TOM and JERRY. Sempet pernah adu argument dengan seorang teman gara-gara hewan satu ini. Karena saya minim pengetahuan, hahahaha. Sampai saya pernah nyletuk “kalau hewan JERRYMOUSE ada nggak?” Dan setelah dia jelasin apa itu hewan tomcat, ternyata eh ternyata itu hewan yang bisa menyebabkan penyakit DOMPO atau kaya sejenis herpes. Dan setelah beberapa bulan muncullah berita tentang si tomcat tersebut.

            Sebenarnya, penyakit ini bukan termasuk penyakit yang membahayakan. Kalau bisa ditangani dengan baik sih, nggak ada masalah dengan hewan satu ini. Penyakitnya hanya berupa kulit melepuh menjadi kemerah-merahan, akan terasa gatal dan agak terasa panas juga sih. Di dalam luka tersebut terdapat cairan apabila cairannya tersebut pecah, akan mengakibatkan timbulnya luka yang baru di tempat yang terkena cairan tersebut. Kalau luka itu sudah mongering itu tandanya luka akan segera sembuh.

            Hal yang menyebabkan timbulnya luka, apabila melihat hewan tomcat yang pasti jangan dipegang dan dipites. Biasanya pakaian yang telah dihinggapi oleh tomcat bias juga menyebabkan luka. Apabila ada penderita jangan berkontak langsung dengannya, misal jangan memakai handuk yang sama.

            Cara-cara apabila sudah terkena penyakit ini adalah apabila belum terlalu lebar lukanya, langsung di basuh dengan air dan sabun, setelah itu di oleskan saleb khusus obat harpes atau bisa juga di kasih lender dari tanaman lidah buaya, di oleskan secara rutin sampai lukanya mengering. Ada juga temenku yang bilang bisa juga dioleskan dengan lipstick. Aku snediri sih belum mencoba untuk cara yang satu ini, apakah bisa menyembuhkan atau nggak. Dan cara lainnya, apabila lukanya masih kecil, bisa di sulut dengan putung rokok. Agak sakit sih seperti digigit semut, tapi ya bisa membuat si luka itu batal untuk berkembang dan langsung mengering. Apabila lukanya sudah melebar dan masih basah, itu sangat bermusuhan dengan air. Jadi jangan di kenakan air sedikitpun kalau lukanya belum benar-benar kering.

            Kayanya cukup sekian, semoga dapat bermanfaat untuk yang membaca  :D



-Salam si TOMCAT satria baja merah

Selasa, 03 April 2012

The Quote of The Day

Wanita yang punya paras cantik itu banyak, tapi wanita yang punya daya pikat itu jarang