Jumat, 29 November 2013

Lo Siaw Ging: Dokter Tanpa Tarif

Dokter Lo (Foto: Solografi.com)
Dokter Lo (Foto: Solografi.com)
Nama lengkapnya Lo Siaw Ging, namun ia lebih dikenal dengan panggilan dokter Lo. Di Solo, Jawa Tengah, dokter keturunan Tionghoa berusia 78 tahun ini populer bukan hanya karena diagnosa dan obat yang diberikannya selalu tepat, tapi juga karena ia tidak pernah meminta bayaran dari pasiennya.
Setiap hari, kecuali Minggu, puluhan pasien antre di ruang tunggu prakteknya. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai tukang becak, pedagang kaki lima, buruh pabrik, karyawan swasta, pegawai negeri, hingga pengusaha. Pasiennya tidak hanya datang dari Solo, tetapi juga kota-kota di sekitarnya, seperti Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri.
Dokter Lo menjadi istimewa karena tidak pernah memasang tarif. Ia juga tak pernah membedakan pasien kaya dan miskin. Ia justru marah jika ada pasien yang menanyakan ongkos periksa padahal ia tidak punya uang. Bahkan, selain membebaskan biaya periksa, tak jarang Lo juga membantu pasien yang tidak mampu menebus resep. Ia akan menuliskan resep dan meminta pasien mengambil obat ke apotek tanpa harus membayar. Pada setiap akhir bulan, pihak apotek yang akan menagih harga obat kepada sang dokter.
Perlakuan ini bukan hanya untuk pasien yang periksa di tempat prakteknya, tapi juga untuk pasien-pasien rawat inap di rumah sakit tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu. Alhasil, Lo harus membayar tagihan resep antara Rp 8 juta hingga Rp 10 juta setiap bulan. Jika biaya perawatan pasien cukup besar, misalnya, harus menjalani operasi, Lo tidak menyerah. Ia akan turun sendiri untuk mencari donatur. Bukan sembarang donatur, sebab hanya donatur yang bersedia tidak disebutkan namanya yang akan didatangi Lo.
“Beruntung masih banyak yang percaya dengan saya, ” kata dia.
Di mata pasien tidak mampu, Lo memang bagaikan malaikat penolong. Ia  menjungkirbalikan logika tentang biaya kesehatan yang selama ini sering tak terjangkau oleh pasien miskin. Apa yang dilakukan Lo juga seperti membantah idiom “orang miskin dilarang sakit”.
“Saya tahu pasien mana yang mampu membayar dan tidak.  Untuk apa mereka membayar ongkos dokter dan obat kalau setelah itu tidak bisa membeli beras? Kasihan kalau anak-anaknya tidak bisa makan, ” kata dia.
Gaya bicaranya tegas cenderung galak. Tidak jarang ia memarahi pasien yang menganggap enteng penyakit. Ia bercerita pernah benar-benar sangat marah kepada seorang ibu karena baru membawa anaknya ke ruang prakteknya setelah mengalami panas tinggi selama empat hari.
“Sampai sekarang masih banyak orang yang bersikap seperti itu. Memangnya penyakit itu bisa sembuh dengan sendirinya. Kalau sakit ya harus segera dibawa ke dokter. Jangan melakukan diagnosa sendiri, ” ujar anak ke 3 dari 5 bersaudara itu.
Toh meski galak, Lo tetap dicintai. Ia menjadi rujukan berobat terutama bagi mereka yang tidak  mampu. Namun dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini merasa apa yang ia lakukan bukan sesuatu yang luar biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.
“Tugas dokter itu menolong pasiennya agar sehat kembali. Apa pun caranya. Saya hanya membantu mereka yang membutuhkan pertolongan dokter. Tidak ada yang istimewa, ” ujar dokter yang buka praktek di rumahnya, Kampung Jagalan, Jebres, Solo.
Dokter Sederhana
Lahir di Magelang, 16 Agustus 1934, Lo tumbuh dalam sebuah keluarga pengusaha tembakau yang moderat. Orang tuanya, Lo Ban Tjiang dan Liem Hwat Nio, memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih apa yang dinginkan. Salah satunya adalah ketika Lo ingin melanjutkan SMA ke Semarang, karena dia menganggap tidak ada SMA yang kualitasnya bagus di Magelang ketika itu.
Setamat SMA, Lo menyatakan keinginannya untuk kuliah di kedokteran. Ketika itu, ayahnya hanya berpesan jika ingin menjadi dokter jangan berdagang. Sebaliknya jika ingin berdagang, jangan menjadi dokter. Rupanya, nasehat itu sangat membekas di hati Lo. Maksud nasehat itu, menurut Lo, seorang dokter tidak boleh mengejar materi semata karena tugas dokter adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Kalau hanya ingin mengejar keuntungan, lebih baik menjadi pedagang. .
”Jadi siapa pun pasien yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus melayani dengan baik. Membantu membantu orang itu tidak boleh membeda-bedakan. Semuanya harus dilakukan dengan ikhlas. Profesi dokter itu menolong orang sakit, bukan menjual obat, ” ujar suami dari Gan May Kwee ini.
Menjadi dokter sejak 1963, Lo mengawali karir dokternya di poliklinik Tsi Sheng Yuan milik Dr Oen Boen Ing (1903-1982), seorang dokter legendaris di Solo. Pada masa orde baru, poliklinik ini berkembang menjadi RS Panti Kosala, dan kini berganti nama menjadi RS Dr Oen.
Selain dari ayahnya, Lo mengaku banyak belajar dari Dr Oen. Selama 15 tahun bekerja pada seniornya itu, Lo mengerti benar bagaimana seharusnya menjadi seorang dokter.
”Dia tidak hanya pintar mengobati, tetapi juga sederhana dan jiwa sosialnya luar biasa, ” kata mantan Direktur Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.
Apa yang dikatakan Lo tentang membantu siapa pun yang membutuhkan itu bukanlah omong kosong. Ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 lalu misalnya, Lo tetap buka praktek. Padahal para tetangganya meminta agar dia tutup karena situasi berbahaya, terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Namun, Lo tetap menerima pasien yang datang. Para tetangga yang khawatir akhirnya beramai-ramai menjaga rumah Lo.
“Banyak yang butuh pertolongan, termasuk korban kerusuhan, masak saya tolak. Kalau semua dokter tutup siapa yang akan menolong mereka?” kata Lo yang juga lulusan Managemen Administrasi Rumah Sakit (MARS) dari Universitas Indonesia.
Hingga kerusuhan berakhir dan situasi kembali aman, rumah Lo tidak pernah tersentuh oleh para perusuh. Padahal rumah-rumah di sekitarnya banyak yang dijarah dan dibakar.
Kini, meski usianya sudah hampir 80 tahun, Lo tidak mengurangi waktunya untuk tetap melayani pasien. Setiap hari, mulai pukul 06. . 00 sampai 08. 00, dia praktek di rumahnya. Selanjutnya, pukul 09. 00 hingga pukul 14. 00, Lo menemui para pasiennya di RS Kasih Ibu. Setelah istirahat dua jam, ia kembali buka praktek di rumahnya sampai pukul 20. 00.
“Selama saya masih kuat, saya belum akan pensiun. Menjadi dokter itu baru pensiun kalau sudah tidak bisa apa-apa. Kepuasan bagi saya bisa membantu sesama, dan itu tidak bisa dibayar dengan uang, ” ujar dokter yang sejak beberapa tahun lalu berjalan dengan bantuan tongkat ini.
Menurut Lo, istrinya memiliki peran besar terhadap apa yang ia lakukan. Tanpa perempuan itu, kata Lo, ia tidak akan bisa melakukan semuanya.
“Dia perempuan luar biasa. Saya beruntung menjadi suaminya, ” ujar Lo tentang perempuan yang ia nikahi tahun 1968 itu.
Puluhan tahun menjadi dokter, dan bahkan pernah menjadi direktur sebuah rumah sakit besar, kehidupan Lo tetap sederhana. Bersama istrinya, ia tinggal di rumah tua yang relatif tidak berubah sejak awal dibangun, kecuali hanya diperbarui catnya. Bukan rumah yang megah dan bertingkat seperti umumnya rumah dokter.
“Rumah ini sudah cukup besar untuk kami berdua. Kalau ada penghasilan lebih, biarlah itu untuk mereka yang membutuhkan. Kebutuhan kami hanya makan. Bisa sehat sampai usia seperti sekarang ini saja, saya sudah sangat bersyukur. Semakin panjang usia, semakin banyak kesempatan kita untuk membantu orang lain, ” kata Lo yang selama 43 tahun perikahannya dengan Gan May Kwee tidak dikaruniai anak.
Di tengah biaya obat-obatan yang mahal, pelayanan rumah sakit yang sering menjengkelkan,  dan dokter yang lebih sering mengutamakan materi, keberadaan Lo memang seperti embun yang menyejukkan. Rasanya, sekarang ini tidak banyak dokter seperti Dr Lo.
Menengok sejarah Solo, yang dalam perjalanan waktu penuh intrik, peperangan dan kerusuhan, Dr Lo bagaikan oase di tengah gurun  nan gersang, (Ganug Nugroho Adi)

Rabu, 27 November 2013

Mawar Hitam Ternyata Ada, Tumbuh Alami di Turki

Foto: naturalgarden.org & ilikr.net
Pernah terbayang menerima bunga mawar hitam? Bunga ini benar-benar ada di negara Turki, bunga mawar hitam tumbuh alami di sana. Sayangnya, bunga langka ini mendekati kepunahan.
Dalam banyak cerita dan mitos, bunga mawar hitam sering dikaitkan dengan ilmu hitam atau dunia vampir. Ada juga yang mengatakan bahwa bunga mawar hitam adalah simbol cinta mati. Anda ingin memiliki bunga langka ini? Datanglah ke Halfeti, Turki.
Bunga mawar hitam banyak tumbuh subur di daerah Halfeti. Mengapa bisa ada mawar hitam di sana? Karena daerah Halfeti memiliki kondisi tanah yang langka dan berbeda dengan daerah lain. Iklim di sana juga dipengaruhi oleh sungai Efrat. Perpaduan inilah yang membuat mawar yang tumbuh di sana cenderung berwarna magenta tua atau ungu tua mendekati hitam.

Foto: candan.deviantart.comFoto: candan.deviantart.com
Pigmen alami itu bernama anthocyanin, yaitu kandungan warna alami yang juga terdapat pada raspberry dan blueberry. Mawar-mawar hitam ini biasanya hanya mekar 2 kali dalam setahun selama 15 hari.

Bunga Mawar Hitam Langka Hampir Punah
Sayangnya, konstruksi bendungan di Halfeti menggusur banyak tanah dan lahan. Jumlah mawar hitam yang tumbuh makin sedikit dan hampir mengalami kepunahan. Pejabat dan warga setempat masih berjuang mempertahankan bunga langka ini.
Bunga mawar hitam akan mekar dengan warna merah magenta gelap di musim semi dan musim gugur, namun warna hitamnya akan pudar saat musim panas. Pemerintah masih berusaha mempertahankan bunga langka ini sebagai daya tarik wisata Halfeti.


source : Vemale.com

Kebanggaanku dalam Kesederhanaannya

Salah satu kota kecil yang ada di provinsi Jawa Tengah, tetapi menyimpan begitu banyak harta karun. Kota yang tidak kalah ngetren dibandingkan kota yang lainnya. Kota yang. . . . . ahhh sangat luar biasa bagiku. Taraaaaa, yup kota itu adalah kota Solo aka Surakarta ^_^. Entah sejak kapan mulai terbesit rasa bangga terhadap kota kelahiranku ini. Ehmmm, ngomong-ngomong tentang perbedaan antara kata Solo dan Surakarta itu adalah . . . *krik krik krik* apa yaaaa tauklah yang penting itu kota istimewaku mempunyai 2 nama, keren kan? *salah fokus*


Seperti kataku tadi, Solo menyimpan beribu-ribu harta karun, eits jangan salah sangka dulu, harta karun disini bukan seperti harta karunnya si bajak laut, yang berupa koin-koin emas didalam peti, tetapi harta karun yang ada di Solo berharganya melebihi sepeti koin-koin emas itu, malahan sangking berharganya sampai-sampai tak ternilai deh harganya. Kebudayaannya, kulinernya, event-eventnya, dan tempat-tempat tak terduga yang sebelumnya belum terjamah yang kini telah diubah dengan mantra bimsalabim oleh pemkot Solo.  Meskipun akhir-akhir ini Si Solo sedang tertimpa hal yang sangat tidak menyenangkan yang sedang terjadi di kerajaan, itu tidak akan mengalihkan se-awesome-nya Solo. Dan jabaran berikutnya adalah alasan mengapa aku sangat bangga dengan kotaku ini.

Kota yang terdiri cuma dari 4 huruf ini menandakan kalau kotaku adalah kota yang sederhana. Iyalah sederhana, wong semua biaya hidupnya masih termasuk murah meriah jika dibandingkan dengan kota-kota yang lainnya. Ibarat warung makan itu yaa, harga kaki lima, tapi kualitas bintang lima. Contohnya hanya dengan uang 5000 aja udah bisa makan *apa sih ini dan abaikan* =D . Meskipun sederhana tapi kotaku elegan kok. Banyak acara-acara rutin yang diadakan, nggak hanya acara yang menyorot kebudayaan tetapi acara yang nyentrik pun ditampilkan dan dikemas sedemikian rupanya, seperti SIPA, Batik Solo Carnival, Kreaso, Keroncong Solo, Solo City Jazz, Rock in Solo dan anymore *sangking banyaknya tidak bisa disebutkan satu-satu* *sombong? Nggaklah, cuma bangga aja*


Selain sederhana, Solo juga mempunyai sesuatu yang nggak dipunyai kota lain. Mau tau, apa saja sesuatunya itu? Penasaran yaaa? Oke oke akan aku sebutkan. Solo itu mempunyai rel plus kereta uap Jaladara yang nyentrik ditengah-tengah kota lho, eh nggak ditengah-tengah juga deng, wong relnya dipinggir kok, hehehhe *jayus ya?* maksudku ada rel di pusat kotanya Solo, lebih tepatnya di sepanjang pinggir jalan Slamet Riyadi. Solo juga mempunyai bus tingkat lho, yang diberi nama bus Werkudara. Keren kan namanya? Seperti namanya, bus merah ini gagah banget deh, udah gedhe tingkat pula. Solo juga punya banyak berbagai taman kota, tapi ada satu taman yang emang bener-bener keren deh, sampai-sampai taman ini pernah beberapa kali dijadiin tempat syuting. Satu taman yang serba guna. Ada wisata airnya *jangan dibayangkan seperti wisata waterboom lho ya*, kalau suka dengan berbagai macam hewan reptile disini juga ada, kalau suka yang berbau tantangan disini ternyata juga ada tempatnya untuk outbond, atau kalau cuma kepingin meleyeh-leyehkan diri dibawah pohon-pohon rindang sangat tepat untuk datang ditaman ini, aku jamin pasti ditemani dengan hewan-hewan rusa jinak yang bebas mondar-mandir kesana kemari, hahahha. Di taman ini juga disediakan tempat pentas pertunjukan gitu deh. Satu taman yang serbaguna itu bernama Balekambang. Dan tempat tongkrongan muda mudi Solo tiap malam Minggunya, ya langsung aja meluncur ke area Ngarsopuro, selain ada night marketnya tempat ini juga memberikan kesan yang romantis gimana gitu. Soalnya sepanjang areanya dihiasi lampu-lampu yang ada dikurungan gitu deh. Kalau ke Solo dan belum nyobain sesuatu yang wah-wah ini, itu artinya wisata ke Solonya belum afdol deh. Ya nggak ya nggak?

 kereta uap JALADARA
http://uniqpost.com/wp-content/uploads/2012/04/jaladara2.jpg

bus tingkat WERKUDARA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1abFfrZZhzgkftvEDOCnjM3M4o8s28p8OQlae9pex80jCDOrhXt_6xkebZJhFtCA2-Cz9r5gqfzmKMBsufV1tYSWYV0PzaAMxbLID7W6Uy3sbpjV23WZx6TSHaJI0AHCeO9PDLsII6wbH/s1600/qufdigi7.jpg

taman BALEKAMBANG

NGARSOPURO
http://kotawisataindonesia.com/wp-content/uploads/2013/08/ngarsopuro-solo.jpg
http://img268.imageshack.us/img268/5339/cimg5812.jpg

Aku juga bangga dengan penataan pasar-pasar tradisionalnya kota Solo. Nggak ada yang namanya becek, kotor, ataupun menjijikan. Bahkan PKLnya pun dibuatin tempat selayaknya yang pantas buat jualan. Jadi nggak ada lagi PKL-PKL yang bertebaran dan berantakan deh. Penataan kota Solo semakin hari semakin membuat bibirku ini selalu berucap satu kata “waaaahh. . .” *akunya yang ndeso kalik yaa*. Dan tak luput juga dari penglihatanku yang baru aku sadari kalau petugas parkir di Solo ada seragam khasnya sendiri, pake batik lurik gitu deh dan nggak ketinggalan blangkon hitamnya. Pokoknya keren abiiiis. Dan kalau aku berkunjung ke kota lain, tetap kota Solo jadi juara di hatiku. Kotaku yang nggak ada matinya. *jadi terharu sendiri pas ngetik ini*.

 Salah satu koridor di pasar tradisional NUSUKAN :)

 seragam petugas parkir, keren kan? :)
http://cdn.sindonews.com/dynamic/content/2013/08/01/22/768018/JGQ198QvRI.jpg?w=300

Menceritakan tentang Solo itu nggak kan ada habisnya deh. Mungkin kalau aku ikut lomba bercerita satu hari nggak akan cukup untuk menceritakan ke-elokkan kota Solo ini. Dan aku selalu berharap kota Soloku tetap menyandang kesederhanaannya yang menyimpan beribu kebanggaan bagi orang yang menikmatinya dan keep moving forward. *Aamiin* :)



Sabtu, 16 November 2013

Puisi Wisuda - Feby's

"Hari ini adalah hari yang bahagia untuk kita semua yang berada di ruangan ini, kebahagiaan akan terasa lebih lengkap apabila di kelilingi oleh orang-orang yang kita cintai, berbicara tentang cinta, ada beberapa orang yang tentunya tidak di ragukan lagi ketulusan Cintanya, dan tidak akan pernah melepaskan cinta mereka untuk kita yaitu keluarga terutama Orang Tua. Keberhasilan dan perjuangan yang kita capai hari ini, tidak terlepas dari cinta, kasih sayang, dukungan serta bimbingan dari orang tua."


Bahagiaku Surga mereka, dan Deritaku Pilu Mereka
Karya Feby

Aku berdiri mengenakan toga ini di sebuah jalan setapak yg gelap, pandanganku tertuju di kejauhan sana dengan senyuman yang sudah tak asing dimataku. Dua orang yang sangat aku hargai, dua orang yang hormati, aku cintai dan aku sayangi ya mereka papa dan mamaku dgn disertai senyuman aku berjalan menghampirinya, seiring dengan langkahterlintas dibenakku atas apa yang telah mereka lakukan terhadap hidupku selama ini.

Mama yang telah mengandungku selama 9 bulan, Mama yang sudah memperjuangkan hidup dan matinya hingga aku dapat hadir ke dunia ini , Mama juga yang telah merawatku dengan penuh  kelembutan dan kasih sayang.
Papa yang telah mendidikku, papa yang rela bekerja banting tulang, ikhlas mengeluarkan keringat agar aku dapat menikmati hidup, Detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun.
apakah yang dapat aku lakukan untuk membalas mereka ???
sering aku tutup kuping gak mau dengar nasehat mereka
sering banget aku bohong untuk kepuasanku,
sering aku ngelawan jika mereka marah karena kenakalanku.
Sering juga aku banting pintu di hadapan mereka jika mereka tidak mengabulkan permintaanku dan bahkan aku sering mengeluarkan kata kata kasar yang nggak pantas mereka dengar dari bibirku, dasar cerewet, kuno, kolot.

Tapi apakah mereka memendam rasa dendam terhadapku?
TIDAK.. TIDAK sama sekali, mereka dapat tulus memaafkan kekhilafanku, mereka tetap menyayangiku dalam setiap hembusan nafas mereka, bahkan mereka tetap menyebut namaku di setiap doa-doa mereka hingga aku menjadi seperti sekarang ini.
Ya tuhan …..
betapa durhakanya aku,tak sadarkah aku bahwa mereka  begitu berarti dalam hidupku
langkah-langkahku terhenti di depan papa dan mama ku
dan kupandangi wajah mereka inci demi inci
tubuh yang begitu indah kini mulai membungkuk
rambut yang begitu hitam dulu kini mulai memutih dan
kulit yang begitu kencang mulai keriput
ku tatap mata mereka yang berbinar binar dan mulai meneteskan air mata haru
bangga melihatku memakai toga ini
kucium tangan mereka,kupeluk mereka sambil berkata ….. papa…mama..,
yang aku berikan hari ini tidak akan cukup membalas apa yang papa dan mama berikan kepadaku.
terima kasih pa ….
terima kasih ma …..
aku sayang papa dan mama hingga akhir hayatku ……..
Terima kasih..