Meskipun cerita ini sangat amat banget telat terbitnya, tapi
bagiku ini pangalaman luar biasa yang pernah aku alami dan mungkin tak kan
pernah terlupakan.
Lebaran, sangat identik dengan suasana pulang kampung. Dan
aku tak mau kalah sama orang-orang yang pada “pulkam” dengan sebuah pengalaman
pertamaku pulang kampung sendirian yang sangat sangat sangat sangat sangat
sangat sangat menarik.
Ini kali pengalaman pertama ku pulang kampung dengan naik
BIS sendirian pula, pulang kerumah my lovely grandma to CEPU city. Tau kah
dimana cepu itu berada? Didaerah perbatasan antara Jatim dan Jateng. Yang
melewati hutan hutan, emang sih kelihatannya sangat pelosok tapi perlu di ketahui di cepunya sendiri itu sudah seperti perkotaan
kecil yang padat penduduknya.
Sebelum cerita di cepunya, ada yang lebih membuatku berkata
sangat amazing in the first time my journey. What? Journey, nggak salah
tuh. Lebih tepatnya ya tadi perjalanan
pulang kampungku yang bener-bener nggak bisa di percaya sama keluargaku.
Sebenarnya rencana awal itu aku naik bis sama tanteku dan anaknya karena om ku
naik sepeda motor bersama seorang lagi. Berhubung seorang lagi itu tidak jadi
ikut ya terpaksa tanteku naik sepeda motor. Dan tujuannya itu ke arah Madiun, karena
mobilnya ada di Madiun. Baru dari Madiun langsung capcus ke Cepu naik mobil (ah
ribet jelasinnya, hahaha :D) dan satu lagi alasan kenapa aku pulkam sendirian
adalah Orang Tuaku tidak ikut karena My Mom sedang sakit akibat kelelahan
membuat kue, jadi aku sebagai perwakilannya saja, hehehe. Waktu aku putuskan
untuk pulkam, Ayah sempat bertanya “dheg pulangnya kamu naik apa, kan tante
pasti lama di sana.” Yaa aku jawab saja dengan enteng “yaa naik bis lah Ayah.”
Ayah pun sangat shock mendengar jawabanku karena aku sangat di kenal anak yang
manja dan tak berani pergi sendirian naik bis pula.
Dan akhirnya sampai cerita intinya setelah beberapa
paragraph hanya di isi dengan kalimat penjelas yang GeJe banget. Aku berangkat naik bis sendiri tanpa di
ketahui ke dua orang tuaku, karena aku sangat yakin kalau aku ijin pasti bakal
nggak boleh deh. Aku di antar Omku ke
terminal dan di pilihkan bis, tau nggak bis apa yang aku tumpangin, SUMBER
SELAMAT. What? Aku naik bis itu, ampun DJ dan sangat terpaksa aku naik, sangat
tidak beruntung aku mendapatkan tempat duduk, karena aku berharap tidak
mendapatkan tempat duduk supaya aku bisa ganti ke bis lain, hahaha. Tau nggak
sih bis yang aku tumpangin itu adalah bis yang terkenal sangat kasar di
jalanan, suka ngebut se enak udelnya si supir. Aku hanya banyak-banyak berdoa
saja di dalam bis.
Setelah keluar dari terminal, para rombongan pengamen
itu datang dan pergi. Apesnya, aku nggak
punya uang recehan, waktu rombongan pertama nyanyi dan menarik uang, alhasil
aku cuma ngasih mereka seratus rupiah doang, karena hanya itu yang aku temukan
di saku. Tau nggak reaksi si pengamen, dia hanya diam dan mengembalikan uang
itu. Ya sudah beneran malah, udah di kasih masih pake acara di kembalikan. Dan
semakin banyak rombongan yang naik dan turun. Aku hanya merasa “kudu nangis”
kalau bahasa jawanya sih gitu. Aku merasa tidak aman dan nyaman. Hahahhahaha,
aku kan nggak pernah naik bis sendirian jarak jauh.
Selama perjalanan, jantungku menjadi sehat lho, karena
selalu senam jantung. Banyak-banyak berdoa, hanya itu yang dapat aku lakukan.
Naik bis bagaikan naik rollercoster . Wus wus wuuuuuuuuuuuussssss. Karena
sangat cepatnya bis berlaju, hampir juga sampai di Madiun hanya dalam waktu
kurang dari 3jam, sebelum sampai di Madiun, sempat ada accident, yang sangat
jalas ku lihat dengan mata kepala sendiri, bis yang aku tumpangin berserempetan
dengan bis lainnya. Sopir antar bis pun saling beradu mulut, bahkan sampai
turun bis pula, aduh untung cuma serempetan doang, tapi serem juga ngliyatnya.
Tetapi akhirnya kelar juga, meskipun supir bis yang aku tumpangi masih
mengeluarkan kata-kata kasar, hahahhaha dasar sopir bis ketemu sopir bis,
bukannya ngrumpi tapi malah adu mulut, dan se isi kebun binatang keluar semua.
Akhirnya sampe juga di terminal Madiun, dan aku tinggal
nunggu jemputan Om dan Tanteku. Menit demi menit aku lewati, dan hampir satu
jam aku duduk sangat manis di ruang tunggu. Perut laper pula, karena efek buka
puasa cuma minum air putih doang dan 2 buah kue buatan My Mom yang seharusnya
buat oleh-oleh my grandma. Ada tukang becak yang coba menawariku untuk naik
becaknya, gimana mau naik, aku kan buta akan kota Madiun. Dan hampir 4kali
tukang becak itu ku tolak. Mungkin merasa kasihan kali yaa dengan tampangku
yang cengoh nunggu jemputan, dia akhirya mulai mengajak ngobrol, lumayan lah
daripada diem kaya kambing congek. Dia mulai bercerita ngalor ngidul,
menceritakan tentang pengelamannya, berhubung aku tak tahu untuk menimbrung
dengan ceritanya, tetap ku paksakan sebuah senyuman muncul. Tapi ada satu statement
yang bikin aku ngeeeekk banget ketika dia bilang “anakku juga kuliah, dia
kuliah di malang itu lho mbak, sekarang dia semester 2” dengan pedenya bapak
tersebut berkata itu mungkin dia tidak melihat mimik muka ku yang berubah
bingung campur lucu. Gimana nggak lucu sih, masak ada semester 2 di musim
semester ganjil, kan nggak mungkin banget. Dan akhirnya, jemputanku datang
juga, setelah menghabiskan waktu satu setengah jam hanya duduk seperti kambing
congek.
Ada aja kejadian yang di perjalanan pertamaku naik kendaraan
umum. Aku tak mungkin pernah kapok untuk naik kendaraan umum sendirian pula,
karena itu sangat menyenangkan. Semua keluargaku ku ceritakan pengalamanku naik
bis sendirian, mereka nggak bisa percaya, seorang Hanna bisa naik bis jarak jauh
sendirian lagi. Tapi aku sendiri pun sulit mempercayai pengalaman yang aku
alami ini. It’s so amazing to me. And I love it. I wanna try again.