Selasa, 27 September 2011

SENDIRIAN? SIAPA TAKUT. . . . .

Meskipun cerita ini sangat amat banget telat terbitnya, tapi bagiku ini pangalaman luar biasa yang pernah aku alami dan mungkin tak kan pernah terlupakan.

Lebaran, sangat identik dengan suasana pulang kampung. Dan aku tak mau kalah sama orang-orang yang pada “pulkam” dengan sebuah pengalaman pertamaku pulang kampung sendirian yang sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat menarik.

Ini kali pengalaman pertama ku pulang kampung dengan naik BIS sendirian pula, pulang kerumah my lovely grandma to CEPU city. Tau kah dimana cepu itu berada? Didaerah perbatasan antara Jatim dan Jateng. Yang melewati hutan hutan, emang sih kelihatannya sangat pelosok  tapi perlu di ketahui  di cepunya sendiri itu sudah seperti perkotaan kecil yang padat penduduknya.

Sebelum cerita di cepunya, ada yang lebih membuatku berkata sangat amazing in the first time my journey. What? Journey, nggak salah tuh.  Lebih tepatnya ya tadi perjalanan pulang kampungku yang bener-bener nggak bisa di percaya sama keluargaku. Sebenarnya rencana awal itu aku naik bis sama tanteku dan anaknya karena om ku naik sepeda motor bersama seorang lagi. Berhubung seorang lagi itu tidak jadi ikut ya terpaksa tanteku naik sepeda motor.  Dan tujuannya itu ke arah Madiun, karena mobilnya ada di Madiun. Baru dari Madiun langsung capcus ke Cepu naik mobil (ah ribet jelasinnya, hahaha :D) dan satu lagi alasan kenapa aku pulkam sendirian adalah Orang Tuaku tidak ikut karena My Mom sedang sakit akibat kelelahan membuat kue, jadi aku sebagai perwakilannya saja, hehehe. Waktu aku putuskan untuk pulkam, Ayah sempat bertanya “dheg pulangnya kamu naik apa, kan tante pasti lama di sana.” Yaa aku jawab saja dengan enteng “yaa naik bis lah Ayah.” Ayah pun sangat shock mendengar jawabanku karena aku sangat di kenal anak yang manja dan tak berani pergi sendirian naik bis pula.

Dan akhirnya sampai cerita intinya setelah beberapa paragraph hanya di isi dengan kalimat penjelas yang GeJe banget.  Aku berangkat naik bis sendiri tanpa di ketahui ke dua orang tuaku, karena aku sangat yakin kalau aku ijin pasti bakal nggak boleh deh.  Aku di antar Omku ke terminal dan di pilihkan bis, tau nggak bis apa yang aku tumpangin, SUMBER SELAMAT. What? Aku naik bis itu, ampun DJ dan sangat terpaksa aku naik, sangat tidak beruntung aku mendapatkan tempat duduk, karena aku berharap tidak mendapatkan tempat duduk supaya aku bisa ganti ke bis lain, hahaha. Tau nggak sih bis yang aku tumpangin itu adalah bis yang terkenal sangat kasar di jalanan, suka ngebut se enak udelnya si supir. Aku hanya banyak-banyak berdoa saja di dalam bis.

Setelah keluar dari terminal, para rombongan pengamen itu  datang dan pergi. Apesnya, aku nggak punya uang recehan, waktu rombongan pertama nyanyi dan menarik uang, alhasil aku cuma ngasih mereka seratus rupiah doang, karena hanya itu yang aku temukan di saku. Tau nggak reaksi si pengamen, dia hanya diam dan mengembalikan uang itu. Ya sudah beneran malah, udah di kasih masih pake acara di kembalikan. Dan semakin banyak rombongan yang naik dan turun. Aku hanya merasa “kudu nangis” kalau bahasa jawanya sih gitu. Aku merasa tidak aman dan nyaman. Hahahhahaha, aku kan nggak pernah naik bis sendirian jarak jauh.

Selama perjalanan, jantungku menjadi sehat lho, karena selalu senam jantung. Banyak-banyak berdoa, hanya itu yang dapat aku lakukan. Naik bis bagaikan naik rollercoster . Wus wus wuuuuuuuuuuuussssss. Karena sangat cepatnya bis berlaju, hampir juga sampai di Madiun hanya dalam waktu kurang dari 3jam, sebelum sampai di Madiun, sempat ada accident, yang sangat jalas ku lihat dengan mata kepala sendiri, bis yang aku tumpangin berserempetan dengan bis lainnya. Sopir antar bis pun saling beradu mulut, bahkan sampai turun bis pula, aduh untung cuma serempetan doang, tapi serem juga ngliyatnya. Tetapi akhirnya kelar juga, meskipun supir bis yang aku tumpangi masih mengeluarkan kata-kata kasar, hahahhaha dasar sopir bis ketemu sopir bis, bukannya ngrumpi tapi malah adu mulut, dan se isi kebun binatang keluar semua.

Akhirnya sampe juga di terminal Madiun, dan aku tinggal nunggu jemputan Om dan Tanteku. Menit demi menit aku lewati, dan hampir satu jam aku duduk sangat manis di ruang tunggu. Perut laper pula, karena efek buka puasa cuma minum air putih doang dan 2 buah kue buatan My Mom yang seharusnya buat oleh-oleh my grandma. Ada tukang becak yang coba menawariku untuk naik becaknya, gimana mau naik, aku kan buta akan kota Madiun. Dan hampir 4kali tukang becak itu ku tolak. Mungkin merasa kasihan kali yaa dengan tampangku yang cengoh nunggu jemputan, dia akhirya mulai mengajak ngobrol, lumayan lah daripada diem kaya kambing congek. Dia mulai bercerita ngalor ngidul, menceritakan tentang pengelamannya, berhubung aku tak tahu untuk menimbrung dengan ceritanya, tetap ku paksakan sebuah senyuman muncul. Tapi ada satu statement yang bikin aku ngeeeekk banget ketika dia bilang “anakku juga kuliah, dia kuliah di malang itu lho mbak, sekarang dia semester 2” dengan pedenya bapak tersebut berkata itu mungkin dia tidak melihat mimik muka ku yang berubah bingung campur lucu. Gimana nggak lucu sih, masak ada semester 2 di musim semester ganjil, kan nggak mungkin banget. Dan akhirnya, jemputanku datang juga, setelah menghabiskan waktu satu setengah jam hanya duduk seperti kambing congek.

Ada aja kejadian yang di perjalanan pertamaku naik kendaraan umum. Aku tak mungkin pernah kapok untuk naik kendaraan umum sendirian pula, karena itu sangat menyenangkan. Semua keluargaku ku ceritakan pengalamanku naik bis sendirian, mereka nggak bisa percaya, seorang Hanna bisa naik bis jarak jauh sendirian lagi. Tapi aku sendiri pun sulit mempercayai pengalaman yang aku alami ini. It’s so amazing to me. And I love it. I wanna try again.

Minggu, 25 September 2011

Cintaku TIDAK SAMA DENGAN tumpangan/isi dompetmu abang!


Heran deh sama pendapat temanku, dia seorang cowok, yaa tampangnya tidak lebih dari standarlah, di bilang ganteng ya enggak, di bilang jelek malah lebih dari jelek, hahahaha, pintarpun tidak ada pada dirinya, body berkotak-kotakpun tak ada di tubuhnya, malah bunder itu tubuh kata lainnya timbun :D –ealah malah gosipin orang sih ini- tapi aku benar-benar nggak setuju dengan pendapatnya mengenai untuk mendapatkan pacar yang cantik. Emang sih kelebihan dia selain pada tubuh, dia juga di karuniai keluarga yang bermateri lebih.
Pernah suatu hari aku iseng-iseng bertanya padanya, intinya sih bukan ngejek, cuma saja aku penasaran kenapa dia selalu mempunyai cewek yang cantik cantik, secara dia kan nggak cakep dan nggak pinter pula. Bukannya merendahkan dia, hanya saja penyakit penasaranku yang terlalu berlebihan ini yang memasakku untuk bertanya padanya #glodyak, penyakit kok penyakit penasaran akut. Gini nih kira-kira percakapannya “Eh (namadisamarkan), tiap ganti cewek pasti kok dapet cewek yaa rata-rata cantik sih. Kamu pake aji-aji pellet yaaa??” Dia pun hanya nyengir dan merespon pertanyaanku yang nggak mutu banget, “ya iyalah, hari gini mana ada sih cewek yang nggak klepek-klepek sama ini (dia mengeluarkan kunci motornya dan dompetnya)” aku hanya bengong, whaaattt hanya gara-gara 2 benda ini? Iya juga sih, tumpangan dia emang keren, dompetnyapun lumayan. Eiiittss, tapi kok gitu sih menilai cewek, hanya gara-gara tumpangan atau dompet. Aku merasa tersinggung.
Emang bener sih yang di katakan temenku, aku nggak menyalahkannya, tapi aku merasa tersinggung atas pendapatnya itu. Masak cinta seorang cewek di hargai isi dompet+motor sih? Aku nggak terima. Tapi tak mau di sangkal juga sih, sekarang kebanyakan cewek emang seperti itu, mereka tidak membutuhkan sebuah cinta, melainkan materi dan kebanggaan. Mereka tak peduli, tampang pacar mereka sejelek apapun itu, yang penting isi dompet dan tumpangan okelah punya.
Ada benarnya juga sih, para cewek merasa wah ketika di boncengin pake motor yang oke, ada rasa ke“bangga”an tersendiri. Mengapa aku bisa berpendapat seperti itu, karena aku sendiri pun bisa merasakannya demikian.  Untung saja, penyakit ini tidak bersarang padaku, Alhamdulillah yaah #Syahrini begete deh. Dan kenapa cewek  suka cowok yang berdompet tebal punya, karena mereka merasa punya bank berjalan, jadi kalau mereka kepingin apa tinggal tunjuk aja tanpa harus takut isi dompet mereka sendiri berkurang. Apalagi kalau ceweknya punya hobi belanja, wah kalau punya cowok yang berdompet OKE, bagaikan surga belanja deh. Dan mungkin alasan yang satu lagi, mereka bisa pamer ke temen-temen mereka. Mungkin kalau bisa pamer gitu, bisa menghasilkan rasa “bangga” sendiri deh, kayanya sih gitu.
Tapi, kalau menurutku, jadi cewek juga jangan terlalu matre jika mencari pacar, dan bagi yang cowok kalau mencari cewek jangan samakan hati mereka dengan materi yang kamu punya.  Seakan-akan kamu membeli hati cewek yang kamu pacari dan si cewek seakan-akan hati kalian itu bisa di beli dengan materi. Hati dan perasaan seorang wanita itu bukan barang dagangan. Emang sih nggak semua cowok, tapi kebanyakan begitu. Aku sebagai cewek SANGAT NGGAK TERIMA kalau ada cowok menilai hati seorang wanita bisa di beli dengan isi dompet mereka, ataupun tumpangan mereka. SORRY SAJA, bung! HATI KAMI TAK SEMURAH YANG KALIAN PIKIR!