Sabtu, 20 Oktober 2012

Kekasih di Masa Depan

Kepada senyawaku..

Hai sayang, saat kau membaca surat ini. Ya, tentu saja aku sudah bersamamu. Membuatkanmu kopi tiap pagi, menyiapkan sarapan dan merapikan bajumu dan segala tindakan menyenangkan lain.

Tahukah kamu, saat ini apa yang aku rasakan? Ya.. Saat ini aku memang sedang berada di sebuah jalan bernama penantian. Menanti kita berjumpa di sebuah persimpangan dan lalu menempuh jalan yang sama hingga merenta dan menutup usia.

Aku di saat ini belum tahu seperti apa rupamu, apakah kau mancung, pesek dll. Tapi yang jelas, ketika kau membaca ini, sungguh aku tak peduli. Hidungmu ~ nafas yang keluar dari situ sudah menjadi bagian dari nyawaku.

Aku di saat ini mungkin belum tahu jelas bagaimana suaramu, tapi aku yakin saat kaubaca surat ini. Suaramu adalah nada terindah yang kuingin selalu tertiup di telingaku.

Aku di saat ini mungkin belum tau bagaimana bentuk matamu, tapi aku yakin saat kaubaca ini. Matamu adalah pancaran sinar, yang menerangkan setiap langkahku.

Oh, kekasih hati sampai mati.
Saat aku menulis ini, aku memang masih sendiri, tapi tak mengapa. Aku menikmati masa ini, karena akan ada ribuan hari yang akan kujalani dengan tak sendiri nanti. Ya, bersamamu tentunya. Sedetik kutunggu, selangkah kau mendatangiku. Bersamaan itu, kusiapkan hati agar kau tahu. Aku selalu menjaganya hati-hati. Untukmu.

Saat kau membaca ini. Kau, satu-satunya yang kutunggu. Terima kasih atas segala waktu yang terlewati. Aku mencintaimu, dari dulu, kini, dan nanti.

Salam sayang, dariku kini. Senyawamu, bertahun tahun lalu.


NB: Selesai kau baca ini, ciumlah aku :)


#SADGENIC - Rahne Putri :)

1 komentar:

bayuuu mengatakan...

nice post nem.. :)

Posting Komentar