Kembali lagi timeline seru karna ngebahas tentang CINTA. Hehehe ini topik yaaa, never ending hot nyaaaa ^^
Kamis malam kemarin saya membahas tentang APA ADANYA bersama pasangan via akun @TweetNikah. Aseli ruamee! Semuanya berawal dari prinsip, “Terima aku Apa Adanya..”
Ada yang setuju, ada yang tidak.. Jawabannya beragam. Akhirnya saya bahas menurut ilmu yang sudah saya dapat dari pakar pernikahan. Indra @noveldy dan tentu berdasarkan pengalaman sendiri.
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Banyak gak di antara kita yang punya beragam janji manis sebelum menikah?
Kamu gak bisa masak gak apa-apa, aku terima kamu apa adanya…
Kamu gak bisa nyetir gak apa-apa, aku terima kamu apa adanya..
Kamu sering kerja sampai malam gak apa-apa, aku terima kamu apa adanya..
Kamu pelupa, aku terima kamu apa adanya…
Dan pemakluman lainnya yang terasa indah ketika belum menjalani pernikahan kayak apa sebenarnya.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan, satu tahun… Mungkin akan tahan dan tetap berprinsip, “Aku terima kamu apa adanya…”
Seumur hidup??? Ya kelessss… Ya kali deh.
That’s quotes is bullshit, fellas!
Ternyata jiwa dan pikir kita gak akan segitunya tahan sama kekurangan pasangan. Pasti ada rasa kecewa, ah manusiawi sekali itu mah. Pada dasarnya setiap manusia selalu ingin dikelilingi oleh kesempurnaan versi dia. Hingga akhirnya ada bisik jiwa yang protes dengan keadaan yang ada.
Kita nikah sama pasangan seumur hidup, bro… Hanya bercinta dengan kelebihannya saja juga tidak wajar adanya. Daaaaan mencintai kekurangan dengan hanya menerima apa adanya juga bukan pilihan yang bijak.
Pernikahan adalah perjalanan kita dengan pasangan menuju kesempurnaan. Jadi yaaa jangan ngarep terima apa adanya bakal jadi prinsip sampai tua. Gak akan tahan.
Justru dengan menikah kita akan masuk dalam proses menjadi sempurna. Yang biasanya gak pernah masak jadi suka masak. Yang biasanya males gerak, jadi banyak karyanya. Dan hal lain yang membuat kita belum bisa melakukan jadi terbiasa.
Butuh proses yang luaaaamaaaa untuk menumbuhkan kebiasaan baru dalam diri kita. Berterima kasihlah pada pasangan yang selalu sabar menunggu proses itu membuahkan hasil.
Nah, kalau urusan mengubah sikap pasangan emang jangan diharapkan secara berlebihan. Udah fokus aja sama apa yang bisa kita lakukan.
Saya itu gak biasa masak sebenernya. Bisa tapi gak biasa. Jadi refleks untuk masaknya yaaa lemot aja. Awal nikah sih gak gitu kerasa. Tapi lama-lama yaa ganggu juga kalau saya gak punya jiwa masak. Masa seumur hidup harus makan di luar? Harus beli dari luar? I don’t think so.. Jadi yaaa saya juga sekuat tenaga untuk belajar membiasakan diri punya refleks nyiapin masakan. Susah banget loh itu ternyata. Sampe bikin penyesalan sendiri, kenapa gak dari duluuuu dibiasainnya.
Tapi yasudahlah.. Alhamdulillah kan abis nikah jadi tau, ngerti, dan paham kalau bisa masak dan jadi kebiasaan itu harus. Apalagi kalau udah punya anak. Gak mungkin jajan terus di luar.
Itu salahsatu contoh tentang terima aku apa adanya yang tidak bisa bertahan sepanjang usia pernikahan.
Ada yang harus diperbaiki dalam diri kita. Karena itu memang fungsinya pernikahan. Menjadikan kita sempurna dengan proses yang terjadi di dalamnya ^^
source : http://achiisurachii.wordpress.com/2013/12/08/apa-adanya/