Kemarin tanggal 19 April 2013, tepat hari Jumat, me dan Dewi (my lovely friend) cus tuh ke Jogja. Eitss, niat bukan untuk berlibur, tapii untuk hunting buku buku gitu deh buat melengkapi tugas akhir. Hahahaha :D
Karena udah muter muter antar perpustakan universitas di Solo, ternyata buku yang mendukung masih kurang. Jadilah kita berdua terbang ke Jogja by train. Eh, train kok terbang sih? keknya berjalan diatas rel deh (-_-)
Sebelum berangkat foto ala ala alay dulu lah kaya anak jaman sekarang, hahaha
Niatnya mau berangkat jam setengah enam untuk ngejer kereta yang murah aka Prameks karena cuma 10ribu dituker dengan loket, dapetlah 1 tiket menuju Jogja. Ternyata setelah dipikir berulang ulang, Dewi akhirnya memutuskan kalo ndak jadi berangkat pukul 05.30 gila aja berangkat pagi buta sampe di Jogja juga masih sepi tuh. Akhirnya dengan tekat yang kuat, telah dicetuskan kalo barangkatnya milih kereta Madiun Jaya pukul 08.05 kalo ndak salah inget, hanya dengan menukar uang 20rb perorang bisa mendapatkan tiket gratis menuju Jogja :)
Setelah sampe di Jogja, gak sempet tuh lirik lirik barang lucu di sepanjang Malioboro. Karena harus jalan terus menuju ke tempat penjualan buku-buku, namanya tempatnya Shopping itu semacam "Busri"nya Solo. Sumpaah, hari itu beneran jadi turis, no motor, just jalan kaki. Capeeek parah, karena jalannya bener-bener jauh (-_-), mana panas pula *bisa kurus ini badan, kan berabe* Setelah sampe, satu demi satu counter2 ditanyain satu satu, ternyata sampe berpuluh-puluh toko yang menjajakan berbagai macam buku, ndak ada tuh yang ngejualin buku yang dicari. Parahkan, udah gerah, panas, capek, naik turun tangga, lengkap kan bahagianya? Dan paling bahagianya, perut laper tiada terkira. Ada satu yang bikin terheran-heran sama para penjual buku, yaitu kok si penjual bisa apal berbagai macam jenis judul buku yaaa, heran deh. Gimana caranya mereka ngapalin? Kalo aku disuruh jual, udah deh angkat tangan gak kuat buat ngapalin judul2 buku yang bajibun gitu.
Setelah selesai muter2, aku dan Dewi nemuin Chyntia (teman ku juga yang kuliah di Jogja), tapi sayang dia cuma bawa satu motor, tapi 3 orang. Setelah rembug merembug (musyawarah), telah diputuskan kalo aku dan Dewi naek bus TransJogja, dan Chyntia nunggu kami di Kopma UGM. Dan waktu naek TransJogja, pada dasarnya kami berdua emang selain buta arah, kami juga buta tempat di Jogja. Tak apalah kalo ndak nyoba, ndak bakalan tau. Setelah nanya ke petugas, kami disarankan naik bus dg membayar 3ribu rupiah untuk 1 orang dan transit dimana gitu, lupa. Di dalam bus pertama, aku dan Dewi masih eyel2an ttg transit dimana, entah karena kurang yakin, atau apalah, kami berdua ber"pingsut" ria, kalo yang kalah itulah yang tanya. Dan jenjeng, yang kalah Dewi, jadi dialah yang tanya pada petugas bisnya. Dan sampelah pada tempat transitan, lalu kami menunggu bus yang akan dinaiki selanjutnya, kami kira, kami harus membayar lagi ternyata tidak, hahahha. Dan lagi2 kami masih ragu, bus nmer berapa yang harus dinaiki, dan lagi2 kami ber"pingsut" ria, dan aku yang kalah akhirnya, jadiii aku yg tanya kepada petugas. Setelah dikasih tau, akhirnya bus yang harus dinaiki datang juga. Setelah beberapa puluh meter, sampe juga di depan Kopma UGM, berhubung perut laper banget, berhubung paling deket cuma foodcourt UGM, akhirnya makan disitu juga. Nasgor, teh tawar anget, dan es buah nyampe juga di meja makan. hahahha
Setelah makan, kami bertiga (aku, Dewi, and Chyntia) berjalan kaki menuju ke perpus UGM, tau ndaaak ternyata jaraknya amboy jauh nian. Percuma dong maem, kalo akhirnya terkuras habis lagi. Kan gak asik kalo badan kurus lagi. Setelah berkecumuk dg buku-buku, gak terasa waktu udah sore, hahahha.
berhubung males gilak kalo harus balek dengan jalan kaki, akhirnya pinjem sepeda kampus deh. Dan bersepeda sore-sore...
me and Chyntia
Setelah puas sepeda sore-sore, langsung cus ke kost Chyntia, sumpah badan rasanya remuk redam. Langsung cus mandi, leyeh2 dan ngerjain PR, hahahha.
Dan rencana malemnya sih pengen kota-kota, kan belum pernah malem2 dikota Jogja, tapi mau dikata apa. Hujan membabi buta menyerang kota Jogja, alhasil cuma didalam ruangan saja malem itu, belum makan pula, lapeeeerr. Dan maag pun datang menyerang. Setelah berbagai pose menahan sakit akhirnya hujan keknya kasian sama aku deh, tau2 hujannya reda cuma meninggalkan gerimisnya. Keluar makan sama Dewi dan Chyntia, sepiring sayuran rebus datanglah padaku. Hahahhaha :D Sebelum tidur biasa dijadiin ajang curhat2 antara ibu2, hahahha, biasa efek jarang ketemu, jadi yaaa banyaaaaakk banget. Akhirnya jam 12 malem lebih 30 menit baru merem :D
Dan pukul 7 pagi udah bangun, langsung cus mandi. Rencana bakal balik ambil kereta yang jam 10 pagi. Habis mandi langsung cus ke perpus UGM lagi, ambil fotokopian, dan langsung cus ke stasiun Lempuyangan rencana mau beli tiket. Tapi ditolak mentah-mentah sama mbak2 yang jual tiket. Aku salah apa sama kamu mbak -_-, kalo ada salah aku minta maaf deh, hahahha.
Setelah ndak dapet tiket, muter2 nyari oleh2, setelah masuk ke salah satu toko pusat oleh2, makanan yang dicari gak ketemu juga. Jadi, hasil dari yang muter2 itu tidak dapat apa2. Balik lagi ke kost, ambil barang2, terus nyari sarapan. Habis sarapan, langsung jalan kaki, kaki kostnya Chyntia ke halte. Alaamaaak jauh nian jaraknya -_-, mana panas cetar membahana lagi. Setelah bercipikacikipi sama Chyntia, aku n Dewi melanjutkan perjalanan jauh dengan kaki. Akhirnya, nyampe juga dihalte yang dituju :D setelah tanya2, akhirnya dapet juga alur jalur supaya bisa sampe di Malioboro. Harus naik bus 2A transit di daerah korem, dan naik lagi bus 3B. Bus pertama datang, masih sepi, dan sampe ditransitan pertama, halte masih sepi. Dan yang nunggu bus kedua, lamaaanyoooooo ndak tanggung2, berasa sauna di dalem halte. Sumpah serius ini, panasnya ngajak berantem kok. Setelah nunggu selama 30 menit lebih akhirnya bus yang ditunggu dateng juga, dan alhasil ketinggalan kereta, dan terpaksa ambil tiket yang jam 1 siang. Niatnya nyari tiket yang murah dapetnya ya yang itu2 lagi. 20rb melayang dituker dengan tiket kereta antar kota. Sebelum nyari tiket, masiih sempet nyari pernak pernik di Malioboro, cuma dapet ginian nih.
udah kaya anak alay belon?
gantungan kunci nih :)
Salah satu yang paling aku suka dari ke 3 gantungan kunci itu adalah, ada gantungan kunci monkey, hahahha. My favotit animal dah :D
Setelah puas nyari pernak pernik (sebenere belum puas juga sih), tapi mau dikata apa, jam udah nunjuk2 pukul setengah 1, akhirnya beli tiket, tak lama kemudian tiket udah ada ditangan. Dan aku n Dewi pulang juga ke Solo.
Ada beberapa kata yang membuatku merasakan kejanggalan tetapi itulah bahasa yang biasa digunakan. Umum.
Kenapa orang-orang lebih memilih kata "Penulis" untuk orang-orang yang menuangkan karya pikirannya kedalam bentuk tulisan. Padahal sebagian dari mereka, tidak menggunakan media alat tulis dan beberapa lembar kertas. Karena mereka hampir semuanya telah menggunkan media elektronik seperti laptop, netbook, tablet, dan saudara-saudaranya yang lain, yang menggunakan kolaborasi antara tuts-tuts alat ketik dan sebuah layar. Kegiatan itu namanya kan mengetik bukan menulis. Lalu mengapa orang-orangnya bisa disebut sebagai "penulis" bukannya "pengetik". Karena kata "pengetik" itu tidak biasa digunakan. Ya lagi-lagi kata janggal, menurutku, tetapi itulah umumnya.
Dan ini satu lagi.
Kenapa lebih menggunakan kata "terkenal" mengapa tidak kata "terketahui" aka "diketahui". Misal untuk kasus, artis-artis yang terkenal. Padahal masyarakat di luar sana hanya "tahu" tentang artis tersebut, mereka tidak "kenal". Ya kan? Janggal tapi wajar :)
Aku sebagai wanita juga mempunyai impian tentang pendamping hidup.
Aku bukan mencari pria yang sempurna melainkan pria yang dapat mencintai dan menyayangiku dengan cara sempurna dan meyakinkanku akan kesungguhannya.
Aku tidak akan menanti pria yang berkata "Kamu Cantik" melainkan pria yang berkata "Kamu itu Indah" ,dan aku akan merengek-rengek supaya dia mengatakan aku cantik ,tetapi dia malah berkata "Aku mecintaimu bukan karena kamu cantik melainkan karena aku benar-benar cinta kamu."
Aku akan menanti pria yang dengan sungguh berkata "Aku akan mencintaimu selamanya, bukan 'selamanya' dalam arti pada jaman sekarang melainkan 'selamanya' dalam arti yang sesungguhnya."
Aku akan lebih bangga memilih pria yang mentraktirku dengan hasilnya sendiri (meskipun harus mengumpulkan uang saku berminggu-minggu) di banding pria yang dengan bangganya mentraktirku dengan uang hasil minta orang tua.
Aku akan setia menanti datangnya sosok pria yang tak akan lelah mengajariku arti kedewasaan ,kebersamaan dan kesabaran ,bukan pria yang mengajariku arti bermanja-manjaan, keegoisan dan kemarahan.
Aku bukan menanti pria yang banyak cakap dan kata untuk menyatakan cintanya padaku melainkan pria yang menunjukan dengan tindakannya untuk menyatakan bahwa "dia cinta aku" ,sampai aku tersadar sendiri.
Aku tidak akan memilih pria yang berkata "Aku menerima kamu apa adanya",tapi ujung-ujungnya tetap banyak tuntutan yang dilayangkan padaku ,melainkan pria yang mengatakan "Aku menerima kamu apa adanya, karena aku juga belum sempurna buat kamu".
Dan aku akan setia menanti pria yang berkata "ijinkan aku untuk menjadi pria impianmu dalam dunia nyata dan kelak ijinkan aku untuk menjadi imam.mu"
NB : Dan ini lah hasil ketikan ku ketika aku masih menginjakkan kaki di bangku kelas 12 :D, anak kecil yang mempunyai mimpi muluk-muluk :D
Anda memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.
Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.
Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?
Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempurnaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat.
Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dsb. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!
Aku memang tak tertarik sedikitpun dengan ilmu sains. Aku
lebih tertarik ke dunia bahasa, ilmu yang mempelajari bahasa entah itu berupa
lisan ataupun tulisan, karena bagiku tulisan mempunyai daya tarik sendiri.
Seperti, ilmu bahasa memiliki magnet dengan kutub yang berlawan yang ku miliki.
Setiap kumpulan hurufnya yang berubah menjadi satu kata, dan
kata per kata yang di gabungkan akan menjadi sebuah kalimat yang mengagumkan.
Dan kalimat demi kalimat di kaitkan akan menjadi sebuah paragraph yang
berkesinambungan. Aku suka semua itu.
Meskipun aku tak tertarik dengan ilmu sains, perlu di
ketahui kalau dulu sewaktu aku duduk di bangku kelas 8, aku sangat sangat sangat menyukai pelajaran fisika dan
matematika. Tapi entah apa yang membuat pikiran ku berubah sejak menginjakkan
di bangku sekolah menengah atas, aku mulai tertarik dengan bahasa. Mungkin bagi
orang tuaku terlebih lagi ayahku yaaa, bahasa itu seperti hanya orang yang tak
mau berpikir maka dia memilih jalur bahasa. Ehmmmm, emang agak pedes sih
pendapatnya, tapi bagiku nggak juga sih, karena belajar bahasa pun juga butuh
mikir.
Bahasa mempunyai aura tersendiri, dia lebih ringan, dan
kadang juga sangat berat. Seperti hal nya kalau melihat sebuah lukisan
temporer, bagi orang yang tak tertarik lukisan, dia hanya bisa berpendapat
kalau lukisan temporer itu tak lebih bagus dari coret-coretan anak kecil. Tapi
bagi orang yang tertarik dan sangat menyukai lukisan dia akan berpedapat kalau
lukisan itu sangat indah, maknanya pun juga sangat mengena bagi sang penikmat
lukisan. Begitu pula aku, sangat menikmati bahasa dalam segi apapun.
Bagiku bahasa itu sangatlah penting, karena kita
berkomunikasi menggunakan bahasa bukan? Entah itu bahasa isyarat, lisan, atau
bahasa tubuh. Yak an yak an? Jadi apa salahnya kalau aku lebih tertarik
mempelajari bahasa dari pada sains, dunia yang penuh angka-angka, rumus,
isitilah2 aneh (bagiku) dan sangat sangat perhitungan.
Aku tertarik dengan bahasa baru. Bahasa asing pertama yang
sangat membuatku tertarik adalah bahasa Jepang. Itu gara-gara aku sangat
menyukai kartun doraemon dan detektif conan. Terus juga aku suka dengan salah
satu band Jepang yaitu “Laruku”. Itu awal mula aku mulai tertarik dengan dunia
bahasa. Lanjut lagi bahasa kedua yang aku suka adalah bahasa Perancis, itu
gara-gara salah satu film Indonesia “Eiffel, I’m in love” di film itu ada
beberapa percakapan yang menggunakan bahasa Perancis. Jadi aku mikirnya, kalau
orang bisa ngomong bahasa yang tidak biasa yang sudah digunakan sehari-hari,
itu rasanya kereeen banget. Dan masih banyak lagi bahasa-bahasa asing yang
dengan centilnya menarikku untuk tertarik dengan mereka.
Tapi saying, belajar bahasa kalau tidak digunakan sehari-hari
alias langsung diprakterkin ternyata susah untuk bisa menguasai. Dan itu lah
yang terjadi padaku. Meskipun aku suka, tapi aku jarang mempraktekannya, jadi
yaa gini gini doing penguasaan bahasaku. Tetapi, aku tetap lebih menyukai dunia
BAHASA jika dibandingkan dengan SAINS.
Mama : Kok bisa
nyesel dhek? (marahnya sedikit ilang, gara2 bingung)
Me : Iya, nyesel
nanti. Lha uange mamah kan utuh terus ndak ada yang minta. (mrenges)
Mama : (ketewa
juga). Malah bereran. Uange mamah ndak utuh.
Me : Tak laporin komnahas lho mah. Tidak menafkahi anak kecil dan masih dibawah
umur.
Mama : (jitak kepalaku) Anak kecil kok tau uang. Umurmu berapa ngaku2 dibawah
umur.
me : (mrenges)
*apa salahku mah, dimarahin 2hari berturut2*
Percakapan4:
Brother : Mbak hana,
mas excel pengen masuk pondok kaya mas haidar (salah satu adik sepupuku)
Me : Lha kok pengen
masuk pondok mas? ndak enak lho dipondok ndak ada ceweknya.
Brother : (muka
senyum senyum malu) mas excel pengen bisa bela diri kaya mas haidar. Biar
ceweknyaa banyak. (muka polos)
Me : maaaass
exceeell. (gemes, meluncurkan ciuman dipipinya bertubi tubi)
Percakapan 5:
Sore-sore sepeda
motoran dengan my little brother.
Me : Mas excel, tau
hewan apa aja yang ada disawah. (niatnya mau ngasih tebakan sambil belajar)
Brother : Ada ular,
kodok, terus keong. (senyum gara2 bisa jawab soalnya kalo gak bisa jawab
hukumannya dapet ciumanku dipipinya dan dia ndak mau dicium)
Me : Pinter.
Brother : Mbak tau
ndak, kalo ularnya mati terus dikubur nanti tumbuh pohon ular. (tak ada tawa)
Me : (kaget+gemes)
Kok bisa, emang biji kelengkeng. Ditanem tumbuh pohon kelengkeng. Bedaa yooo
maaass.
Brother : Bisa mbak.
(masih ngeyel)
Me : Lha daunnya
masak panjang2 kaya ular gitu dhek (o'on ku masih aja nanggepi + ketawa gemes)
Brother : iyalah
mbak. Namane juga pohon ular kok.
*ini yang salah siapa*
I Choose to Have Fun in a very Bold Way
-
[image: http://www.uniqlo.com/marimekko/id/]
[image: http://www.uniqlo.com/marimekko/id/]
[image: http://www.uniqlo.com/marimekko/id/sp/]
[image: http://www...
Having Sex with NOKNjam
-
“*Your endorsement, fuck it*, jangan *endorse* kami, kami *ga* mau!”
Sebuah kalimat pernyataan yang dengan sadar dan sengaja saya ucapkan sebuah
pentas ...