Senin, 19 November 2012

Sang Hati dan Sang Kawan

Sebuah cerita berawal ketika tumbuh bersama dalam lingkungan “Sekolah Dasar”. Semuanya berawal dari situ, semua permusuhan, kebencian, kekaguman, dan mulai tumbuh benih-benih cinta tak bertuan. Apa sih yang ada dipikiran anak SD untuk mengartikan sebuah arti cinta dan kekaguman. Dua rasa yang menjadi tanda tanya luar biasa. Memberikan efek yang sangat menakjubkan. Menjadi sebuah alasan untuk terus bersemangat berangkat ke sekolah. Hanya untuk menikmati setiap sisi pertengkaran dan perselisihan dengannya. Nyebelin sih. Tapi itulah suatu kebahagiaan aneh yang dirasa. Yang lambat laun menjadi sebuah kekaguman rahasia. Kekaguman mata-mata. Dan hal yang paling dibenci yaitu ketika akhir pekan atau bahkan liburan semester. Tak ada penikmat wajah yang selalu dicari. Hal itu yang paling menyiksa.

Berlanjut ke lingkungan “Sekolah Menengah Pertama”. Nggak nyangka bisa satu sekolah lagi dengan si musuh tersayang. Kekaguman pun terus berlanjut hingga akhirnya dari kedua pihaklah yang saling mengagumi satu sama lain. Tak disangka, musuh yang selama ini menjadi kesayangan hati bisa menjadi seorang kawan yang sangat amat disayang. Hal yang paling indah dan membahagiakan adalah semua masalah, duka, suka, ceria dilalui bersama dengan rasa saling perhatian satu sama lain.

Sampai halnya berlanjut kejenjang lingkungan “Sekolah Menengah Atas”.  Semua permasalahan yang sesungguhnya bermula.  Hal yang menyiksa adalah tidak bisa  lagi menjadi penikmat wajah sang kawan hati. Semua kesalah pahaman, semua ketidak cocokan berawal. Yang akhirnya menjadikan sebuah jurang yang teramat dalam dan lama kelamaan semakin jauh jaraknya. Sebuah jurang yang tak tahu siapa yang membuatnya terlebih dulu. Sebuah jurang yang menyiksakan hati.  Sebuah jurang yang meninggalkan tanda tanya dan pengharapan tak berujung. Sebuah jurang yang selalu dinanti kapan akan dibangun sebuah jembatan yang mengubungkan ke dua tepi. Sebuah jembatan yang menjadi titik awal pertemuan kembali.

Di sisi lain si hati yang tak bertuan mulai mencari cari sang tuannya. Sang kawan yang selama ini meninggalkannya yang hanya meninggalkan tanda tanya tanpa jawaban. Tak ada seorangpun yang bisa menyamai kedudukan sang kawan hati. Hingga akhirnya sebuah jembatan mulai dibangun lewat sapaan basi yang menghubungkan kembali sebuah kenangan masa lalu. Jembatan itu beranjak menajdi keabuan, tidak jelas, sang kawan pun ikutan tidak jelas untuk dicerna dan dipahami. Untuk dijawab. Untuk dimengerti. Perasaan ini hanya menunggu sebuah jawaban pasti. Putih apakah hitam warna jembatan itu akan mengubah diri.

Hampir empat tahun penantian,  akhirnya jembatan itu kembali terang dan memunculkan warna putih terang yang menyenangkan bagi sang hati, seperti sang kawan yang memunculkan dan menghidupkan kembali sebuah pengharapan. Pengharapan yang mulai di tata kembali setelah berserakan bagai puzzle yang sulit untuk digabungkan satu sama lain. Menghidupkan kembali impian-impian yang telah lama tertidur dari mimpi gelapnya. Memunculkan sebuah janji yang terasa amat menyenangkan.

Namun, entah apa yang menghempaskan semua pengharapan dan impian itu menjadi berserakan lagi. Ternyata sang proposal lah yang mengenyahkan semua itu. Sang proposal gila. Sang proposal yang teramat sulit untuk di ACC bagi sang hati. Pemikiran bergelut dengan perasaan. Entah siapa yang akan menang kelak. Hanya waktu yang akan menjawab semua itu. Akankah pengharapan dan impian akan bisa dibangunkan kembali (lagi)??

0 komentar:

Posting Komentar